BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Erupsi freatik cukup sering terjadi di dataran tinggi Dieng, yang salah satunya di Kawah Sileri. Dalam lima tahun terakhir, erupsi freatik di Kawah Sileri pernah terjadi pada 29 April 2021 dengan lontaran lumpur dalam radius kurang dari 500 meter. Kemudian peningkatan kegempaan pernah terjadi pada 13 Januari 2023.
“Pada 18 Desember 2024 aktivitas Kawah Sileri mengalami peningkatan dimana pada pukul 15:12:32 WIB terjadi erupsi freatik dari bagian timur kawah,” kata Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid dalam keterangan tertulisnya yang diterima Teropongmedia, Senin (23/12/2024).
Wafid menambahkan, Erupsi ini terekam di seismograf digital dengan durasi gempa sekitar 200 detik dan amplitudo maksimum 42.7 mm.
“Erupsi berupa semburan lumpur dengan sebaran ke arah utara – timur sejauh ±100 meter, ke arah barat ±25 meter, dan ke arah selatan ±10 meter. S,” katanya.
Ia menjelaskan, Seperti halnya karakter dari suatu erupsi freatik, erupsi ini tidak didahului oleh tanda-tanda peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan baik secara visual maupun instrumental (kegempaan dan/atau geokimia) sebelum terjadinya erupsi karena sumber tekanan yang sangat dangkal.
“Pasca erupsi freatik Kawah Sileri, tim dari Pusat Vulkanologi dan Mitigas Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi telah melakukan peninjauan dan pemeriksaan Kawah Sileri pada tanggal 22 Desember 2024 dengan hasil bahwa wilayah terdampak erupsi masih berada di dalam area yang direkomendasikan dan parameter pemantauan (visual, suhu, gas, dan kegempaan) berada pada kondisi normal,” ungkapnya.
Wafid menjelaskan, Pada hari yang sama, hasil pemeriksaan kawah-kawah lainnya seperti Kawah Sikendang-Telagawarna, Kawah Sikidang, dan Candradimuka yang menjadi destinasi wisata juga menunjukkan bahwa aktivitasnya tidak mengalami peningkatan, namun demikian konsentrasi beberapa gas vulkanik di sebagian kawah tersebut masih tergolong tinggi pada area di dekat atau di sekitar ventilasi keluarnya gas.
“Tingkat aktivitas Gunung Dieng telah dinaikkan dari Level I (Normal) menjadi Level II (Waspada) pada tanggal 19 Desember 2024 pukul 18:00 WIB yang ditujukan sebagai upaya antisipasi atau kewaspadaan di Kawah Sileri. Untuk kawah-kawah lainnya di kompleks Gunung Dieng, sesuai dengan hasil peninjauan dan pemeriksaan tim PVMBG, Badan Geologi masih tetap dalam kondisi tidak ada peningkatan,” katanya.
BACA JUGA: Erupsi Gunung Ibu di Malut Lontarkan Abu Vulkanik 1 Km di Atas Puncak
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi merekomendasikan:
- Masyarakat dan pengunjung/wisatawan agar tidak memasuki wilayah radius500 meter dari pusat Kawah Sileri dan tidak diperbolehkan bermalam di sekitar
kawah. - Masyarakat dan pengunjung/wisatawan agar tidak memasuki KawahTimbang dan juga agar waspada saat melakukan penggalian tanah di sekitarnya karena berpotensi terancam gas CO2 beracun.
- Masyarakat dan pengunjung/wisatawan agar tidak memasuki kawah-kawahlainnya di kompleks Gunung Dieng yang berpotensi terjadi erupsi freatik dan/atau memiliki konsentrasi gas tinggi yang berbahaya bagi kehidupan.
- Seluruh pihak agar menjaga suasana yang kondusif di masyarakat, tidakmenyebarkan narasi bohong (hoax), dan tidak terpancing isu-isu yang tidak jelas sumbernya. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari Pemerintah Daerah.
- Pemerintah Daerah Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo, dan Kabupaten Batang agar senantiasa berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi dan MItigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi di Bandung atau dengan Pos Pengamatan Gunungapi Dieng di Desa Karang Tengah, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Telepon (HP) 082330123236, untuk mendapatkan informasi langsung tentang aktivitas Gunung Dieng.
Sebagai informasi, Puncak kompleks Gunungapi Dieng (2565 mdpl) berada pada 7o 12’ LS dan 109o54’ BT dan secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Wonosobo, dan Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah.
(Usk)