JAKARTA.TM.ID : Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji, mengatakan, pihak Kementerian ESDM mendorong pengesahan revisi Peraturan Presiden Nomor 191 tahun 2014 yang menjadi regulasi acuan untuk pembatasan pembelian bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, Pertalite.
Tutuka mengungkapkan pengesahan revisi beleid itu menjadi krusial di tengah memanasnya Perang Israel – Hamas.
Tutuka menjelaskan, beberapa negara bakal memasuki musim dingin yang diproyeksi ikut mengerek inflasi secara global. Selain itu, impor minyak mentah dan BBM dalam negeri bakal terdampak signifikan jika perang dan eskalasi lainnya berlangsung panjang.
“Saya menghimbau, Pertalite itu untuk masyarakat yang membutuhkan, jadi kalau yang mampu janganlah menggunakannya karena bukan peruntukannya,” kata Tutuka dalam keterangnnya, Kamis (19/10/2023).
Lebih lanjut Tutuka menyebutkan, aturan baru yang akan diterbitkan nantinya akan mengatur detail kriteria kendaraan yang dapat mengonsumsi BBM jenis Pertalite. Pemerintah juga sedang mengkaji untuk membuat perbedaan harga Pertalite sesuai dengan jenis kendaraannya.
Menurut dia, beberapa kali, Kementerian ESDM menyampaikan kekhawatiran ihwal mandeknya pembahasan revisi Peraturan Presiden (Pepres) Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga Jual Eceran BBM bakal membuat konsumsi bahan bakar minyak (BBM) subsidi kembali luber tahun ini.
Adapun, usulan revisi Perpres yang mengatur tata niaga BBM itu sudah diajukan sejak pertengahan tahun lalu. Ia menyebutkan hingga saat ini, Kementerian ESDM belum juga mendapat persetujuan izin prakarsa dari Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg).
Dia menambahkan, kenaikan harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Vrude Price (ICP) bakal secara langsung memantik kenaikan harga BBM di masyarakat. Hal itu disebabkan karena masih mengimpor minyak mentah dan BBM dengan persentase yang hampir sama.
“Sampai hari ini dampaknya (perang Israel – Palestina) masih belum signifikan, meskipun kita tahu harga minyak mendekati U$$ 90 per barel.Namun, kalau berlangsung cukup lama maka akan berpengaruh,” ujarnya.
Kemudian, pihak Pertamina sedang melakukan uji coba pembatasan pembelian Pertalite khususnya bagi kendaraan roda empat di beberapa daerah. Setiap pembeli diwajibkan memiliki quick responce (QE) code untuk dipindai oleh petugas SPBU sebelum melakukan pembelian.
BACA JUGA: Setelah Tergoyah Minyak Mentah Rusia, Harga Minyak Asia Kembali Stabil
Sementara itu, uji coba dilakukan di 41 kota dan kabupaten yang tersebar di provinsi, yakni Aceh, Bangka Belitung, dan Bengkulu, Uji Coba juga dilakukan di Timika, Papua, Adapun, harga minyak kembali meningkat karena serangan yang terjadi di rumah sakit di Gaxa sehingga meningkatkan ketegangan di Timur Tengah sebelum datanya Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden ke Israel.
Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (18/10/2023), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak November 2023 menguat 2,18 persen atau 1,89 poin menjadi U$$88 per barel pada pukul 13.27 WIB. Kemudian, harga minyak Brent kontrak Desember 2023 juga menguat 1,92 persen atau 1,73 poin ke U$$91 per barel. WTI telah naik diatas U$$88 per barel, setelah berayun lebih dari U$$2 pada Selasa (17/10/2023).
Berdasarkan data Bloomberg, Rabu (18/10/2023), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak November 2023 menguat 2,18% atau 1,89 poin menjadi US$88,55 per barel pada pukul 13.27 WIB. Kemudian, harga minyak Brent kontrak Desember 2023 juga menguat 1,92% atau 1,73 poin ke US$91,63 per barel. WTI telah naik diatas US$88 per barel, setelah berayun lebih dari US$2 pada Selasa (17/10).
Terkait peperangan yang terjadi antara Israel dan Hamas, para pedagang waspada jika Israel melancarkan serangan ke Gaza, yang berpotensi dapat memicu konflik lebih luas yang melibatkan Iran, yakni pemasok utama minyak mentah, dan negara -negara lainnya. Teheran juga mendukung Hamas.
Laporan Wartawan Jakarta : Agus Irawan