BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Kabar duka menyelimuti dunia sepak bola internasional dengan wafatnya Sven-Goran Eriksson, salah satu pelatih legendaris yang pernah membesut berbagai klub ternama dan tim nasional.
Di usia 76 tahun, Eriksson mengembuskan napas terakhir setelah berjuang keras melawan penyakit kanker pankreas.
Berita ini menggoreskan kesedihan mendalam bagi para penggemar sepak bola di seluruh dunia.
Sven-Goran Eriksson adalah sosok yang sangat ikonik dalam dunia sepak bola. Lahir pada 5 Februari 1948 di Torsby, Swedia, Eriksson tumbuh menjadi seorang pria yang berkarisma dengan kecerdasan taktis yang luar biasa.
Ia memulai kariernya sebagai pemain sepak bola, namun pensiun dini pada usia 27 tahun untuk mengejar karier di bidang kepelatihan.
Karier manajerialnya dimulai di Swedia, bersama Degerfors pada tahun 1977, sebelum ia pindah ke klub IFK Gothenburg.
Di sinilah, Eriksson mulai menunjukkan bakat alaminya sebagai pelatih dengan membawa Gothenburg meraih berbagai gelar bergengsi, termasuk gelar juara liga, dua Piala Swedia, dan yang paling bergengsi, Piala UEFA 1981.
Prestasi ini menarik perhatian klub-klub besar di Eropa, dan tak lama kemudian, Eriksson memulai petualangannya di luar negeri.
Eriksson menjalani dua periode yang sukses bersama Benfica di Portugal, di mana ia membawa klub tersebut meraih beberapa gelar liga.
Di Italia, Eriksson semakin mengukuhkan reputasinya sebagai pelatih kelas dunia. Bersama AS Roma, Fiorentina, Sampdoria, dan Lazio, ia sukses mengumpulkan tujuh trofi, termasuk gelar Serie A, dua Piala Italia, dan Piala Winners.
Keberhasilannya ini membuat Eriksson dipandang sebagai salah satu pelatih paling dihormati di Eropa.
Namun, puncak karier Eriksson mungkin datang ketika ia ditunjuk sebagai pelatih Timnas Inggris pada tahun 2001.
Sebagai pelatih non-Inggris pertama yang mengemban tugas ini, Eriksson menghadapi tekanan besar.
Meski demikian, ia berhasil membawa The Three Lions ke perempat final di tiga turnamen besar berturut-turut, yakni Piala Dunia 2002, Euro 2004, dan Piala Dunia 2006.
Meskipun Inggris gagal melangkah lebih jauh, masa kepelatihan Eriksson tetap dikenang sebagai era yang kompetitif.
BACA JUGA: Lee Carsley Ditunjuk FA jadi Pelatih Sementara Timnas Inggris
Di luar Inggris, Eriksson juga mengabdi untuk tim nasional Meksiko, Pantai Gading, dan Filipina.
Di setiap tempat, ia selalu dikenal sebagai pelatih yang tegas, tetapi penuh perhitungan.
Pendekatannya yang tenang dan analitis sering kali menjadi kunci kesuksesan tim yang ia tangani.
Namun, pada Januari 2024, dunia dikejutkan dengan pengumuman Eriksson yang menyatakan bahwa ia didiagnosis menderita kanker pankreas.
Eriksson, dengan keberanian yang selalu menjadi ciri khasnya, mengungkapkan bahwa ia hanya memiliki waktu satu tahun untuk hidup. Pernyataannya mengejutkan banyak pihak.
Meski kondisi kesehatannya menurun, Eriksson tetap aktif dalam berbagai kegiatan.
Salah satu momen yang paling mengharukan adalah ketika ia mewujudkan impiannya menjadi pelatih Liverpool, meskipun hanya dalam sebuah laga ekshibisi antara Liverpool Legends dan Ajax Legends pada Maret 2024.
Mengutip BBC, keluarga Eriksson mengabarkan wafatnya mantan pelatih timnas tersebut, Senin (26/8/2024).
Kematian Eriksson membawa kesedihan yang mendalam, tetapi juga mengenang perjalanan hidupnya yang luar biasa.
Dia meninggalkan warisan besar yang akan terus dikenang oleh para pemain, kolega, dan penggemar sepak bola di seluruh dunia.
(Budis)