6 Ciri Khas Kampung Naga Warisan Leluhur

Ciri Kampung Naga
(flickr)

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Kampung Naga, sebuah perkampungan yang memiliki ciri khas tersendiri yang sudah secara turun-menurun. Wilayah kampung ini terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kampung Naga terkenal dengan masyarakatnya yang masih memegang erat adat istiadat leluhur. Mereka hidup sederhana, jauh dari hiruk pikuk modernitas, dan menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional.

Berikut adalah enam ciri khas Kampung Naga yang menjadi bukti kuatnya warisan budaya mereka:

1. Rumah Tradisional dari Bahan Alami

Rumah-rumah di Kampung Naga dibangun dengan menggunakan bahan-bahan alami seperti nipah, ijuk, dan daun alang-alang kering untuk atap. Lantainya terbuat dari susunan bambu atau papan kayu. Rumah-rumah ini menghadap ke utara atau selatan, memanjang ke arah barat atau timur.

2. Masjid di Tengah Kampung

Di tengah-tengah wilayah ini berdiri sebuah masjid yang juga terbuat dari bahan-bahan alami. Masjid ini menjadi pusat kegiatan keagamaan dan terletak berhadapan dengan pintu gerbang utama kampung.

3. Bale Patemon: Pusat Kesenian

Kampung Naga memiliki tempat pertemuan yang disebut Bale Patemon. Di dalamnya terdapat berbagai alat musik tradisional seperti Terbang Gembrung, Terbang Sejak, dan Angklung. Bale Patemon menjadi tempat berkumpulnya warga untuk berbagai kegiatan sosial dan budaya.

4. Rumah Pusaka: Bumi Ageng

Kampung Naga memiliki rumah pusaka yang disebut Bumi Ageng. Rumah ini memiliki nilai sejarah dan spiritual yang tinggi dan tidak tahu untuk difoto atau diabadikan.

5. Bertani dan Berternak: Mata Pencaharian Utama

Masyarakat Kampung ini menggantungkan hidupnya pada pertanian dan peternakan. Mereka menggunakan sistem kalender pertanian yang disebut Janli (Jan-Li) atau Januari-Juli untuk menentukan waktu menanam padi.

BACA JUGA : Ngador Honorer Kesehatan KBB, Raih Anugerah Tenaga Kesehatan Teladan Kemenkes

6. Penerangan Minyak: Menghormati Tradisi

Masyarakat Kampung Naga tidak menggunakan listrik untuk penerangan. Mereka masih menggunakan lampu minyak sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi dan kearifan lokal.

Kampung Naga menjadi bukti bahwa tradisi dan kearifan lokal masih dapat bertahan di tengah arus modernisasi.

Masyarakat di sana hidup harmonis, bersosialisasi tanpa harus bergantung pada teknologi, dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh leluhur.

 

(Hafidah Rismayanti/Aak)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Menhub Usul Pembayaran THR Cair Lebih Awal Cegah Kemacetan Lebaran
Menhub Usul Pembayaran THR Cair Lebih Awal Cegah Kemacetan Lebaran
Traffic Light Tak Berfungsi
Traffic Light Tak Berfungsi Akibatkan Kemacetan Panjang di Perempatan Taman Holis Bandung
Petani Bromo Koin Kuno
Petani Bromo Temukan Ribuan Koin Kuno Asal China di Ladang Kubisnya
Pandawara Citarum
Bersihkan Sampah di Sungai Citarum, Pandawara Group Habiskan Rp106 Juta
smpn 7 mojokerto
Apa Itu Rip Current, Arus Kuat yang Seret Belasan Siswa di Pantai Drini?
Berita Lainnya

1

Ruben Onsu Ungkap Kasus Penipuan Mantan Manajer

2

Daftar Pajak Kijang Diesel, Semua Tipe Lengkap!

3

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

4

Link Live Streaming Barcelona vs Atalanta Liga Champions Selain Yalla Shoot

5

JNE Raih Penghargaan Marketeers Youth Choice Award (YCA) 2025
Headline
Timnas Indonesia
Link Live Streaming Timnas Indonesia U-20 vs India Challenge Series, Selain Yalla Shoot
Kombes Pol Turmudi Beri Reward 3 Personel Officer of The Week Ditlantas Polda Bali
Kombes Pol Turmudi Beri Reward 3 Personel Officer of The Week Ditlantas Polda Bali
Arsenal
Arsenal Lolos Babak 16 Besar Usai Kalahkan Girona di Liga Champions 2024/25
bocah di nias dianiaya keluarga
Bocah 10 Tahun di Nias Dianiaya Keluarga, Kaki Sampai Patah

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.