5 Tari Sakral di Nusantara : Dari Calon Arang hingga Bedhaya Ketawang

Tari Sakral
(istockphoto)

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Indonesia kaya akan budaya, termasuk tari tradisional yang telah diwariskan turun temurun. Di antara beragam tari tradisional, ada beberapa yang memiliki sifat sakral dan hanya ditarikan pada waktu atau acara tertentu.

Berikut beberapa di antaranya:

1. Pementasan Calon Arang

Berasal dari era Kerajaan Kediri, Calon Arang menceritakan kisah janda sakti yang menyebarkan teluh hingga menimbulkan malapetaka. Pementasannya masih sering dijumpai di Bali, khususnya pada piodalan di Pura Dalem.

Calon Arang merupakan representasi Rangda, simbol kejatahan, yang diimbangi oleh Barong, simbol kebaikan. Pementasan ini berlangsung berjam-jam, diiringi musik gamelan Bali.

2. Tari Seblang

Tari khas Suku Osing ini memiliki makna “sialnya hilang”. Tarian Seblang ditarikan di dua desa di Banyuwangi, Jawa Timur, dengan perbedaan penari dan waktu pelaksanaan.

Penari Seblang dipilih berdasarkan pertalian darah dengan leluhur dan memasuki kondisi tidak sadar saat menari. Tari ini diiringi musik gamelan khas Suku Osing.

3. Kuda Lumping

Kesenian khas Jawa ini dikenal dengan berbagai nama seperti jathilan, jaran dor, atau jaran samboyo, tergantung daerahnya.

Pementasannya menggunakan properti utama berupa jaranan (bentuk menyerupai kuda). Salah satu bagian yang paling ditunggu adalah “ndadi”, di mana penari kerasukan dan menari tak sadarkan diri.

4. Tari Sintren

Khas dari daerah pesisir utara Jawa Barat, Sintren memiliki makna “si putri” atau “si penari”. Tarian ini membutuhkan penari perempuan yang suci dan berpuasa sebelum pertunjukan.

Penari diikat tangannya dan dimasukkan ke dalam kurungan, kemudian muncul dengan kostum lengkap dan menari tak sadarkan diri.

BACA JUGA : 3 Jenis Tarian Jaipong Asal Jawa Barat

5. Tari Bedhaya Ketawang

Tari ini ditarikan saat jumenengan (penobatan raja) di Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Jawa Tengah. Bedhaya Ketawang menggambarkan kisah cinta Kanjeng Ratu Kidul dengan raja-raja Mataram.

Tarian ini ditarikan oleh 9 orang penari, masing-masing memiliki makna tersendiri sesuai dengan posisinya. Tarian ini diiringi musik gamelan Jawa.

Kelima tari sakral ini merupakan bukti kekayaan budaya Indonesia yang patut dilestarikan. Masing-masing memiliki makna dan nilai filosofis yang mendalam, serta menjadi warisan budaya yang berharga bagi generasi mendatang.

 

(Hafidah Rismayanti/Usk)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
cek fisik kendaraan online
Cek Fisik Kendaraan Bakal Jadi Online, Pemeriksaan Lebih Canggih!
Waktu terasa cepat
Kenapa Waktu Terasa Cepat? Simak Penjelasan Ilmiahnya
Alasan logis menyukai anime
5 Alasan Logis Orang Dewasa Menyukai Anime, Lebih dari Hobi!
Istilah wibu
Mengulik Istilah dan Ciri-ciri Anak Wibu
Komisi XIII DPR RI
AKD Baru, Komisi XIII DPR RI Belum Bisa Kerja
Berita Lainnya

1

Prabowo Gunakan Uang Pribadi Biayai Pembekalan Kabinet Merah Putih

2

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

3

Daftar Pajak Kijang Diesel, Semua Tipe Lengkap!

4

Cara Mention Orang di Status WhatsApp, Mirip Instagram Stories!

5

Bea Cukai Bandung Hadir dalam Acara Roeang Kita UMKM Fest 2024, Budi Santoso: UMKM Harus Naik Kelas
Headline
IMG-20241028-WA0003
Menang di Markas Persik Kediri, Persib Belum Terkalahkan di Kompetisi Liga 1 2024/2025
Portland Trail Blazers Kalahkan New Orleans Pelicans
Portland Trail Blazers Kalahkan New Orleans Pelicans 125-103 dalam Lanjutan kompetisi NBA
Sumpah Pemuda Manchester United
Klub Manchester United Ucapkan Selamat Hari Sumpah Pemuda, Kutip Ucapan Bung Karno
Kapolda NTT Irjen Daniel Tahi Monang Silitonga kasus PTDH Ipda Rudy Soik
Jelimet PTDH Ipda Rudy Soik, Kapolda NTT: Kasus Bermula dari Room Karaoke