BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Dunia tenis wanita menorehkan sejarah baru dalam perjuangan kesetaraan dan hak reproduksi atlet.
Asosiasi Tenis Wanita (WTA) resmi meluncurkan kebijakan revolusioner yang memungkinkan para pemain untuk menjalani perawatan fertilitas tanpa kehilangan peringkat dunia mereka, menciptakan preseden penting dalam olahraga profesional.
Dikenal sebagai “Special Ranking Protection Rule for Fertility Protection”, aturan ini memungkinkan pemain untuk mengambil jeda dari kompetisi guna menjalani prosedur seperti pembekuan sel telur atau embrio, tanpa konsekuensi terhadap peringkat.
Ketika kembali bertanding, atlet diperbolehkan masuk hingga tiga turnamen menggunakan peringkat rata-rata 12 pekan sebelum cuti.
Langkah ini disambut hangat komunitas tenis, terutama karena menjadi bagian dari Family Focus Programme, inisiatif menyeluruh yang sebelumnya telah mencakup cuti melahirkan, perlindungan peringkat selama kehamilan, dan dukungan kesehatan mental.
Pemain top seperti Sloane Stephens, juara US Open, menyuarakan dukungan penuh terhadap langkah ini.
“Ini adalah momen penting dalam olahraga wanita. Akhirnya, kita diakui sebagai perempuan seutuhnya dengan hak untuk merencanakan keluarga tanpa rasa takut kehilangan karier,” katanya.
Baca Juga:
Elise Mertens Sabet Gelar WTA Kesembilan di Singapore Tennis Open 2025
Sementara itu, CEO WTA Portia Archer menekankan bahwa kebijakan ini lahir dari masukan langsung para pemain, yang selama ini terjebak antara tekanan kompetisi dan kebutuhan biologis untuk membentuk keluarga.
“Atlet wanita kini tak perlu memilih antara puncak karier dan mimpi menjadi seorang ibu. Kami ingin menciptakan ruang di mana keduanya bisa berjalan beriringan,” ujar Archer.
Dengan kebijakan ini, WTA menjadi federasi olahraga besar pertama yang secara eksplisit melindungi hak fertilitas pemain wanita, melampaui cuti hamil dan memasuki ranah yang lebih luas terkait hak reproduksi.
Kebijakan ini tak hanya berdampak pada dunia tenis, tapi juga berpotensi menjadi model inklusif bagi cabang olahraga lain, yang hingga kini masih kerap mengabaikan realitas biologis atlet wanita.
Melalui regulasi baru ini, WTA tidak hanya memberi perlindungan teknis lewat peringkat, tapi juga membuka pintu menuju olahraga yang lebih manusiawi, di mana karier, tubuh, dan pilihan hidup atlet perempuan dihormati tanpa kompromi.
(Budis)