BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Wali Kota Cirebon, Effendi Edo, tampil dengan Sekretaris Daerah Agus Mulyadi dalam peluncuran aplikasi Real Time Monitoring Village Management Funding atau yang dikenal dengan nama Jaga Desa, yang digagas oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Bertempat di Lembur Pakuan, Kabupaten Subang, acara ini menjadi momen penting bagi penguatan pengawasan keuangan desa dan kelurahan secara digital.
Kehadiran Effendi Edo bukan sekadar simbolis. Ia membawa pesan tegas dari Pemerintah Kota Cirebon.
“Kami sangat mendukung peluncuran aplikasi Jaga Desa yang memungkinkan pengawasan terhadap dana desa dan kelurahan dilakukan secara real time. Ini merupakan inovasi penting dalam memperkuat sistem pelaporan dan akuntabilitas keuangan daerah,” ujarnya lantang.
Tak hanya bicara soal dukungan, Effendi Edo juga menjabarkan bahwa aplikasi Jaga Desa selaras dengan visi Pemkot Cirebon dalam menciptakan tata kelola keuangan yang transparan, akuntabel, dan partisipatif. Bagi dia, digitalisasi pengawasan bukan tren semata, melainkan solusi nyata dalam menghindari kebocoran anggaran.
“Skema apresiasi seperti Anugerah Gapura Sri Baduga dari Pemprov Jawa Barat merupakan contoh baik yang dapat mendorong kinerja optimal di tingkat kelurahan dan desa,” tuturnya, memberi sinyal bahwa penghargaan semacam ini bisa jadi pemicu motivasi struktural bagi pemerintah lokal.
Baca Juga:
4 Kebijakan Dedi Mulyadi Picu Kritik Perlawanan
Dana Desa Bisa Jadi Jaminan? Menteri Yandri Buka-bukaan Soal Skema Baru Kopdes!
Komitmen Pemprov
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi dalam sambutannya menekankan pentingnya penggunaan teknologi digital dalam manajemen dana publik. Menurutnya, aplikasi Jaga Desa adalah wujud konkret komitmen Pemprov Jabar dalam mendorong efektivitas dan transparansi.
“Para kepala desa perlu memiliki pemahaman yang kuat tentang manajemen keuangan yang akuntabel. Oleh karena itu, digitalisasi pengelolaan menjadi keharusan, sekaligus sebagai sarana meningkatkan kualitas layanan publik di tingkat desa,” kata Dedi, menyoroti pentingnya penguatan kapasitas SDM desa.
Tak hanya soal teknis, Dedi juga menggugah kesadaran nilai. Ia menyayangkan menurunnya wibawa kepemimpinan desa, dan mendorong revitalisasi nilai-nilai tradisional berbasis budaya lokal sebagai bagian dari kekuatan sosial desa.
“Kepemimpinan yang kuat dan bermartabat sangat berperan dalam mendorong kemajuan desa,” imbuhnya.
(Hafidah Rismayanti/Budis)