BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Valtteri Bottas dikenal sebagai salah satu pembalap paling konsisten dan tenang di grid Formula 1. Namun ketenangan itu tak muncul begitu saja.
Di balik helm dan balutan seragam balap, ada fondasi karakter yang dibentuk jauh sebelum ia menginjakkan kaki di paddock: pengalaman sebagai prajurit militer di Finlandia.
Dalam sebuah wawancara santai di Red Flags Podcast bersama Guenther Steiner, mantan bos Haas F1 Team, Bottas mengungkap bahwa ia pernah menjalani pelatihan militer sebagai penembak jitu saat mengikuti wajib militer di negaranya.
Namun lebih dari sekadar kisah unik, Bottas menegaskan bahwa pengalaman itu sangat memengaruhi cara pandangnya terhadap tekanan, kerja tim, dan ketahanan mental.
“Selama enam bulan musim dingin, saya menjalani pelatihan militer. Tidak hanya belajar menembak, tapi juga bagaimana bertahan hidup, berpikir jernih di tengah tekanan, dan tetap fokus dalam kondisi ekstrem,” ungkap Bottas yang kala itu berpangkat kopral dua.
Wajib militer di Finlandia bukan sekadar formalitas. Bottas harus melewati masa-masa sulit seperti tidur di hutan bersuhu beku selama berminggu-minggu, menyusuri salju dengan perlengkapan penuh, dan bertahan dengan makanan seadanya. Bagi Bottas muda, inilah masa peralihan dari remaja menjadi pribadi yang tangguh.
“Setelah tidur di luar selama dua minggu, kasur biasa pun terasa mewah,” katanya sambil tersenyum.
Baca Juga:
Raih Gelar Juara Dunia, Verstappen Masuk Daftar Legenda Formula 1
Nilai-nilai seperti disiplin, rasa hormat, dan kemampuan untuk tetap tenang di bawah tekanan kini menjadi bagian integral dari gaya balap Bottas.
Ketika ia mengendarai mobil balap berkecepatan lebih dari 300 km/jam, keputusan harus dibuat dalam hitungan sepersekian detik, sama seperti di medan latihan militer.
Karier Bottas di F1 dimulai bersama Williams pada 2013, lalu naik daun ketika bergabung dengan Mercedes menggantikan Nico Rosberg pada 2017.
Bersama Lewis Hamilton, Bottas dikenal sebagai rekan tim yang tangguh, meski sering disebut kurang agresif. Namun justru di sanalah karakter Bottas terbentuk, tenang, tidak mudah meledak, dan selalu menjalankan tugasnya secara profesional.
Kini di usia 35 tahun, meski tak lagi menjadi pembalap utama, Bottas tetap menjadi sosok penting di balik layar tim, membawa pengalaman, kestabilan, dan sikap kerja yang tidak banyak dimiliki pembalap lain.
“Mentalitas militer itu tetap hidup dalam diri saya. Saat balapan, saya tidak hanya berpikir soal menang, tapi juga soal bagaimana menjadi bagian dari tim dan menghormati proses,” ujar Bottas.
(Budis)