SIDOARJO, TEROPONGMEDIA.ID — Sebuah musibah mengguncang Pondok Pesantren Al-Khoziny di Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Bangunan musala pesantren tersebut ambruk pada Senin sore, saat ratusan santri sedang melaksanakan shalat berjamaah di lantai bawah.
Dilaporkan satu korban meninggal terlebih dahulu, yaitu Alvan Ibrahimavic (14) asal Kampung Tangkel, Desa Lomaer, Kecamatan Blega. Menyusul dua korban jiwa tambahan yang dilaporkan pada Selasa (30/9/2025).
Kedua korban tersebut adalah Mochammad Mashudulhaq (14), warga asal Dukuh Pakis, Surabaya, dan Muhammad Soleh (22), yang berasal dari Tanjung Pandan, Bangka Belitung.
Badan SAR Nasional (Basarnas) memperkirakan sebanyak 38 santri masih terjebak di bawah reruntuhan. Hal ini disampaikan oleh Kepala Kantor SAR Kelas A Surabaya, Nanang Sigit, di lokasi kejadian pada Selasa.
Berdasarkan informasi dari pihak pesantren, korban yang terdampak mencapai sekitar 140 santri. Sebanyak 102 santri berhasil dievakuasi, sementara sisanya masih dinyatakan tertimbun.
“Artinya saat ini diperkirakan ada 38 santri yang masih terjebak,” ujar Nanang, mengutip Antara.
Dari 102 santri yang dievakuasi, 91 di antaranya melakukan evakuasi mandiri tak lama setelah kejadian. Sementara 11 santri lainnya berhasil dikeluarkan dari reruntuhan oleh tim gabungan SAR sejak proses evakuasi dimulai pada Senin petang.
Satu dari 11 santri yang dievakuasi dari reruntuhan dinyatakan meninggal dunia setelah dilarikan ke Rumah Sakit Islam Siti Hajar Sidoarjo.
Tim penyelamat sempat berkomunikasi dengan salah satu santri yang masih terjebak di dalam reruntuhan. Nanang menyatakan optimisme bahwa korban masih dapat diselamatkan.
BACA JUGA
Bangunan Pondok Pesantren di Sidoarjo Ambruk, Saat Ratusan Santri Shalat
Namun, proses evakuasi menghadapi sejumlah kendala. Salah satunya adalah kerapuhan struktur reruntuhan yang berisiko ambruk kembali. Selain itu, kerumunan warga di sekitar lokasi juga mengganggu konsentrasi petugas.
“Karena petugas yang sedang berusaha evakuasi sangat sensitif terhadap suara, sementara di depan ponpes banyak masyarakat berkerumun dan menimbulkan suara-suara yang mengganggu konsentrasi,” jelas Nanang.
Basarnas pun memperluas parameter steril di lokasi kejadian untuk mendukung kelancaran operasi penyelamatan korban bangunan musala ambruk di Ponpes Sidoarjo ini.
(Aak)