BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia (UNIBI) kembali menunjukkan komitmennya dalam pelestarian budaya lokal melalui pelaksanaan riset budaya berbasis visual yang mengangkat jurus pencak silat tradisional Sunda, Usik Sanyiru Padanan.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka Program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) yang bertajuk “Penelusuran Nilai-nilai Budaya Lokal dalam Jurus Usik Sanyiru Padanan sebagai Bahan Riset Produksi Film Dokumenter”. Rangkaian kegiatan dilakukan di dua lokasi penting: Kampus ISBI Bandung dan Padepokan Pasir Ipis di Lembang, yang menjadi ruang interaksi langsung antara akademisi dan pelaku budaya.
Ketua pelaksana kegiatan, Anggita Lestari, M.I.Kom., menjelaskan bahwa riset ini menjadi salah satu cara strategis untuk menyuarakan kembali filosofi budaya yang mulai terpinggirkan oleh arus modernisasi. Menurutnya, Usik Sanyiru Padanan bukan sekadar rangkaian gerak bela diri, melainkan representasi dari nilai-nilai hidup masyarakat Sunda yang penuh keharmonisan, keseimbangan, dan kesadaran terhadap alam.
Baca Juga:
UNIBI Gelar National Awarding Festival Sinemakom Vol.2, Ajang Apresiasi Karya Mahasiswa dan Pelajar
“Kami ingin menyampaikan bahwa pencak silat tidak hanya soal fisik, tetapi juga mencerminkan cara berpikir dan hidup orang Sunda. Lewat pendekatan dokumenter visual, kami berharap nilai-nilai ini bisa menjangkau lebih banyak orang, khususnya generasi muda,” ujarnya.
Riset ini merupakan hasil kolaborasi lintas program studi di bawah Fakultas Komunikasi dan Desain UNIBI, yaitu Program Studi Ilmu Komunikasi dan Desain Komunikasi Visual (DKV). Kolaborasi ini tidak hanya memperkuat kualitas narasi yang diangkat, tetapi juga memperdalam pemahaman visual dalam proses dokumentasi budaya. Turut terlibat aktif dalam kegiatan ini para dosen dari kedua program studi, seperti Nugraha Sugiarta, S.S., M.I.Kom., Faisal Reza, S.Sos., M.I.Kom., Meti Agni Rizkiani, S.Tr.Sn., M.Sn., serta Raden Muhammad Luthfi Ferrari, S.Ds., M.Sn.
Dukungan terhadap kegiatan ini juga datang dari Rektor ISBI Bandung, Dr. Retno Dwimarwati, S. Sen., M. Hum., yang menyampaikan pentingnya peran institusi pendidikan tinggi dalam menjaga dan memperkuat nilai-nilai kearifan lokal melalui sinergi dengan komunitas budaya. “Kita tidak bisa membiarkan silat hanya hidup dalam gelanggang. Silat harus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan diakui sebagai kekayaan budaya nasional. Untuk itu, sinergi antara kampus, pelaku budaya, dan masyarakat sangat dibutuhkan,” ucapnya dalam sambutan.
Pandangan kritis disampaikan oleh pengamat media, Agus Hadiyana, yang menyoroti kecenderungan media arus utama dalam menyederhanakan makna pencak silat hanya sebagai cabang olahraga. Ia menyatakan bahwa narasi budaya yang lebih utuh harus diangkat ke permukaan agar masyarakat tidak kehilangan koneksi dengan nilai-nilai mendalam di balik tradisi tersebut. “Di balik jurus-jurus itu ada sejarah, spiritualitas, bahkan etika hidup. Kita butuh dokumentasi yang mampu menyuarakan kembali wajah sejati pencak silat,” ungkapnya.
Film dokumenter yang sedang disusun dari hasil riset ini ditujukan untuk menjadi media kampanye budaya yang tak hanya informatif, tapi juga menggugah dan inspiratif. Dengan pendekatan sinematik dan partisipatif, film ini diharapkan mampu menjadi jembatan antara nilai-nilai tradisi dan cara pandang masyarakat modern. Lebih dari sekadar hasil akademik, dokumenter ini dirancang sebagai langkah konkret untuk melanjutkan napas budaya agar tetap hidup dan relevan.
Bagi UNIBI, dokumentasi budaya seperti ini bukan hanya arsip visual, melainkan warisan pengetahuan yang terus bergerak. Mereka meyakini bahwa pelestarian budaya bukan hanya tugas masa lalu, tapi juga tanggung jawab masa depan. Usik Sanyiru Padanan mungkin tampak seperti satu jurus dalam ribuan gerak pencak silat, tapi di dalamnya tersimpan identitas, kebijaksanaan, dan filosofi yang layak untuk terus disuarakan dan diwariskan.
Penulis:
Daniel Oktorio Saragih
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Universitas Informatika Dan Bisnis Indonesia (UNIBI)