BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Di tengah maraknya bisnis kuliner modern yang saling berlomba tampil menarik di media sosial, ada satu warung sederhana yang justru tetap ramai pembeli berkat keaslian rasa dan strategi promosi yang tepat.
Warung Sate Solo Pak Komar, yang berlokasi tak jauh dari Telkom University, menjadi salah satu contoh UMKM yang berhasil mempertahankan cita rasa tradisional sekaligus beradaptasi dengan perkembangan zaman.
Berdiri sejak 2011 dan diwariskan secara turun-temurun, warung ini tak hanya mengandalkan bumbu khas Solo sebagai daya tarik utama, tetapi juga memanfaatkan platform digital seperti TikTok dan layanan pesan antar online untuk menjangkau lebih banyak pelanggan.
Dengan pelanggan utama dari kalangan mahasiswa dan pekerja sekitar, warung ini punya cerita menarik tentang bagaimana usaha kecil bisa bertahan dan tumbuh di tengah tantangan zaman dan persaingan pasar.
Baca Juga:
Surga Kuliner di Paskal Bandung, dari Sushi hingga Sate Legendaris
Sate Maranggi Purwakarta Enak, Wajib Dicoba Penggiat Wisata Kuliner!
Melalui wawancara bersama beberapa narasumber di warung ini, kita bisa melihat lebih dalam bagaimana strategi, tantangan, dan harapan mereka dalam menjalankan usaha kuliner yang tetap setia pada akar tradisinya.
Profil Narasumber
Wawancara ini melibatkan tiga orang dari Warung Sate Solo Pak Komar, yaitu Ega Fiandra selaku anak pemilik sekaligus pengelola, serta dua karyawan yaitu Muhammad Fahri Santoso dan Ahmad Muzid Rahman yang bertugas di bagian promosi dan operasional.
Akar Sejarah dan Cita Rasa Asli Solo
Pak Komar, perantau asal Solo, memulai usahanya dengan misi sederhana: menghadirkan sate autentik ala kampung halamannya
ke warga Bandung.
“Ayah saya datang merantau pada 2011, bawa resep warisan keluarga. Dari awal kami berkomitmen pakai arang, bumbu asli Solo, tanpa banyak modifikasi,” tutur anak dari pemilik Warung Sate Solo Pak Komar Ega.
Penggunaan arang bukan sekadar gaya, melainkan kunci aroma bakar yang khas, sedangkan resep bumbu terbuat dari campuran kacang tanah, rempah pilihan, dan sedikit gula merah menjadi signature yang sulit ditiru pesaing.
Penetapan resep tradisional ini ternyata membuat warung tak hanya sekadar menjual sate, melainkan menyalurkan nostalgia.
Pelanggan yang datang, terutama yang berasal dari Solo atau punya kenangan melekat dengan kuliner khasnya, merasa “pulang kampung” lewat gigitan pertama.
Mengolah Konten di TikTok dan Platform Antar Makanan
Memasuki era media sosial, Warung Sate Solo Pak Komar tak tinggal diam. Muzid sebagai salah satu karyawan Warung Sate Solo Pak Komar menceritakan aktifdi media sosial.
“Kami aktif di TikTok: video proses membakar sate, suasana warung saat ramai, hingga testimoni pelanggan. Konten dikelola bos, tapi karyawan bantu rekam dan memberi masukan ide.”
Strategi ini berhasil membangun awareness organik: satu video yang viral mampu mendatangkan puluhan pengunjung baru dalam hitungan hari.
Di sisi lain, kolaborasi dengan platform pemesanan GoFood, ShopeeFood, dan GrabFood menjadi kanal penjualan penting.
Promo diskon potongan harga, gratis ongkir yang disediakan
oleh aplikasi memancing transaksi impulsif.
“Setiap ada promo, orderan langsung naik 30–50%,” ungkap Muzid.
Cara ini terbukti efektif untuk menjangkau pelanggan di luar radius warung, sekaligus memperkuat brand online.
Menjaga Kepuasan Pelanggan
Lebih dari sekadar promo, kualitas rasa dan tekstur menjadi magnet utama agar pelanggan kembali.
“Bumbu kacang yang gurih, daging empuk, dan aroma bakar arang selalu jadi perbincangan orang,” kata Muzid.
Mereka juga aktif menampung masukan: mulai dari tingkat kematangan sate hingga kecepatan layanan. Testimoni positif kemudian diunggah sebagai konten, memicu rasa penasaran calon pembeli.
Promosi ‘dari mulut ke mulut’ pun terjalin alami. Pelanggan yang puas tak segan mengajak teman atau membagikan foto di Story Instagram, menciptakan efek snowball bagi warung kecil ini.
Tantangan Operasional di Jam Sibuk
Jam makan siang (12.00–14.00) dan malam (18.00–20.00) menjadi ujian tersendiri.
“Kami kewalahan ketika antrean panjang, pelayanan jadi terburu-buru, dan dapur fokus meladeni order yang datang bertubi-tubi,” tutur salah satu karyawan Warung Sate Solo Pak Komar Fahri
Pada situasi peak hour, komunikasi antar tim harus benar-benar lancar agar kualitas rasa dan penyajian tak terdegradasi. Manajemen warung pun tengah mengevaluasi alur kerja, dari persiapan bumbu hingga penataan
meja, demi kemudahan operasional sekaligus kepuasan
pelanggan.
Visi Ekspansi ke Depan
Melihat respons positif dan peluang pasar yang luas, Warung Sate Solo Pak Komar menatap masa depan dengan rencana pembukaan cabang baru.
“Kami ingin warung ini nggak hanya di satu titik, tapi tersebar di beberapa lokasi strategis. Supaya lebih banyak yang merasakan sate khas Solo kami,” ungkap Fahri.
Rencana ini juga mencakup peningkatan kapasitas produksi, pelatihan karyawan baru, serta pengembangan konten digital yang lebih variatif mulai dari cooking challenge hingga kolaborasi dengan food influencer.
Penutup
Perpaduan antara resep tradisional dan strategi pemasaran digital membuktikan bahwa UMKM kuliner lokal dapat tumbuh dan bersaing di tengah arus zaman.
Warung Sate Solo Pak Komar, lewat keaslian rasa dan inovasi promosi, menunjukkan bahwa warisan kuliner tak hanya layak dijaga, tapi juga dikembangkan agar menjangkau generasi baru penikmat sate. Semoga kisah ini memberi inspirasi bagi pelaku usaha lain untuk terus berinovasi
tanpa meninggalkan akar tradisi.
Penulis:
Mahasiswa Universitas Inaba, Program Studi Ilmu Komunikasi
● Wiranata Ikhwan Pratama
● Afghani Al-hasyimi Rafsanjani
● Mohammad Dhafa Erlangga
● Febri Putra Pratama