BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Belajar Bersama Komunitas (KKN-BBK) Universitas Airlangga (UNAIR) menghadirkan inovasi ekologis di Desa Ngawen, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik. Mereka berhasil menciptakan sabun alami berbahan dasar limbah cangkang kerang hijau, yang selama ini menjadi persoalan lingkungan di wilayah pesisir tersebut.
Ketua tim KKN, Abdur Rahman Akhtar, menjelaskan bahwa ide pembuatan sabun ini muncul setelah timnya mengetahui dari perangkat desa bahwa tumpukan cangkang kerang hijau telah menjadi masalah lingkungan yang cukup serius.
“Ketika survei awal, kami diberitahu bahwa limbah cangkang kerang hijau menjadi salah satu isu utama di Desa Ngawen. Dari sana kami mencoba mencari solusi agar limbah itu bisa dimanfaatkan dan tidak menjadi pencemar lingkungan,” ujarnya, melansir laman Unair.
Program bertajuk Shell Soap ini digagas oleh sembilan mahasiswa, yakni Abdur Rahman Akhtar, Erla Banowati, Safira Dwi Putri Rahayu, Nadya Frida Sari, Savira Gading Yustitia, Bramantya Leo Wijaya, Salomina Santhie Urlialy, Prafangasta Naomi Jesica Utomo, dan Valerio Septanziilal Da Conceicao. Mereka mengajak masyarakat Desa Ngawen, khususnya kelompok ibu-ibu PKK, untuk ikut terlibat dalam pelatihan pembuatan sabun dari limbah tersebut.
“Kami menyasar seluruh warga, tetapi diarahkan oleh perangkat desa untuk fokus pada kelompok PKK karena mereka sangat aktif dan antusias terhadap program pemberdayaan,” jelas Akhtar.
Proses Pembuatan Sabun dari Limbah Cangkang
Dalam praktiknya, pembuatan sabun dimulai dengan mencuci cangkang kerang hijau dan menjemurnya hingga kering. Setelah itu, cangkang dibakar selama 7 hingga 8 jam hingga menjadi rapuh. Hasil pembakaran disaring untuk memisahkan arang dari kapur yang terbentuk.
“Kapur hasil pembakaran ini kemudian dicampur dengan minyak goreng bekas, abu soda, dan air. Setelah diaduk selama satu jam, campuran dimasukkan ke dalam wadah dan didiamkan selama 2 hingga 4 minggu. Agar lebih menarik, sabun juga diberi tambahan aroma,” paparnya.
Akhtar menambahkan bahwa program ini diharapkan menjadi solusi jangka panjang bagi permasalahan limbah yang menumpuk dan mencemari lingkungan desa. Menurutnya, limbah cangkang di Desa Ngawen dapat menutupi area hingga beberapa hektar dan menimbulkan bau tak sedap.
“Kami sempat meninjau langsung lokasi penumpukan limbah. Jika dibiarkan, tentu akan berdampak buruk. Maka dari itu, kami berharap pelatihan ini bisa menginspirasi warga untuk memanfaatkan limbah tersebut menjadi produk bernilai,” ungkapnya.
Baca Juga:
PULSAR18: Inovasi Mahasiswa ITB Hadirkan Simulasi Aliran Darah Nyata tanpa Hewan Uji
Zalac Food Indonesia: Inovasi Mahasiswa UMY yang Bawa Salak Merapi Tembus Pasar Dunia
Mahasiswa UNAIR itu juga berharap agar inovasi sabun dari limbah ini bisa dikembangkan lebih lanjut menjadi peluang usaha bagi warga.
“Semoga tidak hanya mengurangi limbah, tapi juga memberikan nilai ekonomi baru bagi masyarakat,” pungkas Akhtar.
(Virdiya/Aak)