BANDUNG, TM.ID: Mengeluh cape karna mendaki kerapkali dirasakan seorang pendaki. Gejala kelelahan yang mereka alami, diantaranya: kaki terasa berat, badan lemas, jalan sempoyongan dan pundak terasa sakit. Sebenarnya, mereka tidak mau menjadi beban bagi rombongannya, tapi kondisi memang tidak mendukung.
Jika keadaan tersebut dipaksakan, pendaki pemula akan kehilangan motivasi untuk mencapai puncak. Pada kasus ekstrem, pendaki pemula yang memaksakan diri bisa sakit karena kelelahan dan kedinginan. Alhasil, tim pendakian butuh bantuan tim SAR untuk evakuasi korban.
Dalam artikel ini akan membahas cara mendaki gunung agar tidak mudah lelah. Dengan begitu, pendaki pemula lebih siap menghadapi medan pendakian dan tidak mudah lelah.
1. Lakukan latihan fisik sebelum mendaki gunung
Cara mendaki gunung agar tidak cepat lelah yang pertama adalah miliki fisik yang bugar dan kuat. Kebugaran fisik adalah salah satu rahasia para pendaki yang dapat berjalan jauh tanpa merasa lelah.
Kalau di ibaratkan motor, pendaki yang bugar itu memiliki mesin motor yang selalu prima dengan CC besar. Jadi, dia dapat melaju dengan cepat dan tidak mudah lelah.
BACA JUGA :5 Manfaat Mendaki Gunung bagi Kesehatan
Kita juga bisa mendapatkan fisik yang bugar. Syaratnya, kita harus mau latihan. Setidaknya, kita perlu latihan fisik selama 2 minggu sebelum naik gunung.
2. Mendakilah dengan kecepatan dan irama yang stabil
Mendaki itu bukan lari jarak pendek (sprint), mendaki itu seperti lari maraton. kita perlu mendapatkan kecepatan dan ritme langkahmu sendiri agar tidak mudah lelah. Hal ini dikarenakan kondisi fisik kita berbeda dengan kondisi fisik orang lain. Panjang langkah kaki kita berbeda dengan jangkauan kaki orang lain.
Agar tidak cepat lelah, mendakilah dengan kecepatan dan irama yang stabil. Satu tarikan nafas untuk 3 langkah, hembusan nafas berikutnya untuk 3 langkah berikutnya.
Kita bisa mengatur kesesuaian jumlah langkah dan irama nafas sesuai kondisi medan. Tapi, ingat lagi! Konsistensi itu penting. Jika kita nyaman dengan 3 langkah hirup nafas dan 3 langkah buang nafas, ya konsisten dengan hal tersebut. Jika perlu kita hitung, tujuannya untuk membiasakan diri.
Nanti, kita akan bertemu pada kondisi nafas habis. Jika nafas mulai memburu, istirahat sejenak untuk mengatur nafas. Hal ini dikarenakan metabolisme tubuh telah naik dan jantung mulai berdetak kencang. Jika sudah begitu, berhenti sejenak untuk mengatur nafas, jika sudah kembali tenang lanjutkan perjalanan.
3. Beristirahatlah sebentar ketika nafas tidak stabil dan detak jantung terlalu cepat
Beristirahat di sela aktivitas mendaki itu penting. Istirahat dengan teratur dapat menjaga ritme mendaki. Di sela istirahat, kita dapat makan, minum dan bersendau-gurau dengan teman-teman.
Ada dua jenis istirahat saat mendaki gunung:
Istirahat penuh. Istirahat penuh adalah memberhentikan rombongan pendakian di pos atau lokasi datar untuk mengistirahatkan diri dalam jangka waktu lama. Biasanya pendaki akan langsung mempersiapkan alat masak atau mendirikan tenda.
Istirahat sejenak. Istirahat sejenak adalah istirahat di sela-sela pendakian untuk memulihkan diri. Biasanya, pendaki yang bugar cukup beristirahat 5-10 menit untuk perjalanan 1 jam mendaki gunung. Jangan beristirahat lama di fase ini, karena otot tubuh akan kembali masuk fase rest dan pendaki bisa terserang kedinginan.
Direkomendasikan untuk beristirahat 30-60 detik saat nafas mulai memburu. Kalau kita merasa mulai ngos-ngosan, cari tanah datar dan beristirahatlah sejenak untuk mengatur nafas. Pastikan detak jantungmu kembali normal sebelum mulai perjalanan kembali.
Jika kita sudah melakukan pendakian selama 1 jam perjalanan, silakan ambil break di tanah landai atau pos terdekat. Silakan makan atau minum untuk mengisi tenaga. Jika duduk, usahakan untuk meluruskan kaki. Supaya aliran darah di kaki lancar. Jadi, kita tidak terserang kram. Jangan jongkok atau memegangi lutut. Itu memotivasi diri untuk menjadi malas ke puncak gunung.
Jika kondisi fisik sedang sakit, atau sudah ingin istirahat lebih dari 10 menit, segera cari shelter atau mendirikan tenda. Karena tidak bergerak lebih dari 10 menit tubuh akan menjadi dingin.
4. Biasakan mendaki dengan langkah pendek secara konsisten
Tips mendaki gunung agar tidak cepat lelah selanjutnya adalah melangkah dengan langkah kecil secara konsisten. Di awal pembahasan sudah menjelaskan bahwa mendaki gunung itu seperti orang berlari maraton. Jadi, kita dapat mengambil teknik atlet pelari maraton untuk mendaki gunung. Misalnya, teknik bernafas, teknik afirmasi diri dan teknik berlari atlet maraton.
5. Biasakan berpijak dengan seluruh telapak kaki, bukan ujung kaki
Kesalahan pendaki pemula yang mengeluh cepat lelah adalah cara berpijaknya salah. Pendaki pemula selalu asal dalam memilih pijakan saat mendaki, menurut mereka itu tantangan. Padahal, jika tanah atau batu pijakan mereka terlalu kecil, mereka akan berpijak dengan ujung kaki. Ini membuat otot betis dan paha cepat lelah.
Sebagi catatang menggunakan sepatu gunung yang sesuai memang sepatu gunung tidaklah murah tapi setidaknya sebelum melakukan pendakian siapkanlah sepatu gunung yang bagus agar kita tidak mudah lelah saat melakukan pendakian.
Sepatu gunung memiliki teknologi khusus untuk membuat pendaki gunung berpijak dengan nyaman pada setiap langkahnya. Jika pijakan kaki nyaman, dan tidak membiasakan diri menggunakan ujung kaki, kita akan tidak mudah lelah.
Selain sepatu gunung, kita dapat memakai tracking pole untuk mendaki gunung. Tracking pole adalah sebuah tongkat multifungsi yang dapat di atur ketinggiannya.
Tracking pole berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh pendaki saat naik dan turun gunung. Pendaki akan tetap bisa berdiri tegak dengan bantuan tracking pole di berbagai medan pendakian. Dengan begitu, center of gravity dari beban pendaki tidak bergeser. Alhasil, kaki pendaki tidak cepat lelah saat melakukan perjalanan panjang.
Demikian beberapa tips mendaki gunung agar tidak cepat lelah. Semoga bermanfaat bagi para pendaki pemula yang ingin muncak bersama. dan jangan lewatkan pula berita dan informasi lainya di Teropongmedia. (sumbernapaktilas dan berbagai sumber)
(Usamah)