SUMEDANG, TEROPONGMEDIA.ID — Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, dikenal dengan tradisi Ngalaksa, yang lengkap dengan iringan musik dan tarian Tarawangsa.
Ritual adat yang telah berlangsung ratusan tahun ini digelar siang dan malam tanpa henti selama seminggu penuh.
Ritual Tradisi Ngalaksa merupakan bentuk penghormatan kepada Dewi Sri, simbol kemakmuran pertanian masyarakat agraris Jawa Barat, termasuk bagi masyarakat Rancakalong dan sekitarnya.
Lima rurukan atau keturunan di Rancakalong yakni Pasir Biru, Legok Picung, Cijere, Cibunar, dan Rancakalong sendiri, secara bergiliran melaksanakan tradisi turun-temurun ini.
Inti dari ritual ini adalah pembuatan laksa, makanan dari tepung padi yang dibumbui garam, kelapa, dan kapur sirih, kemudian dibungkus daun congkok dan direbus dengan air daun combrang.
Proses pembuatannya diiringi oleh alunan musik jentreng dan ngekngek, atau yang lebih dikenal sebagai Tarawangsa.
BACA JUGA
4 Nilai Strategis Kesenian Tarawangsa yang Masuk Kategori Warisan Budaya Takbenda
Tarawangsa: Dimensi Kosmologis yang Bukan Sekedar Karya Seni dalam Budaya Sunda
Alunan Tarawangsa yang Mistis
Alunan Tarawangsa yang mistis, meski hanya berasal dari kecapi sederhana yang disebut jentreng dan rebab bernada “ngek,” mampu menghipnotis para penari.
“Anda boleh percaya atau tidak, tetapi siapa pun yang ikut menari akan terpengaruh. Bahkan jika tidak bisa menari, mereka akan menari tanpa bisa dihentikan jika musik ini memanggil. Jangan pernah mencelanya, karena sekali tersentuh energinya, Anda akan terhisap dalam tarian.” terang Tatang, mengutip laman Pemkab Sumedang.
Rancakalong dikenal sebagai pusat seniman di Sumedang. Dari sekitar 90 kesenian khas Sumedang, 34 di antaranya berasal dari wilayah ini.
Sejarahnya sebagai tempat persembunyian seniman pada masa pemerintahan Prabu Geusan Ulun, pewaris Kerajaan Pajajaran dan Sumedang Larang, menjadikan Rancakalong sebagai gudangnya budaya Sunda yang tetap hidup hingga kini.
Ritual Ngalaksa bukan sekadar acara adat, melainkan bukti nyata warisan budaya yang terus dipertahankan dengan penuh khidmat.
(Aak)