PAPUA, TEROPONGMEDIA.ID — Suasana malam di pesisir Hamadi berubah menjadi panggung magis ketika sembilan penari ISBI Tanah Papua membawakan “Tari Henggoni” dalam Festival Kampung Nelayan 2025.
Acara yang digelar Dinas Pariwisata Kota Jayapura pada 11-13 Juli itu tak hanya mempromosikan destinasi wisata baru, tetapi juga menjadi wadah kreativitas bagi UMKM lokal.
Pertunjukan yang digarap Wempits Abz ini terinspirasi dari aktivitas nelayan Tobati yang mencari ikan di kala subuh.
Gerakan mendayung, menebar jala, dan menombak ikan diolah menjadi koreografi dinamis, dipadukan dengan musik tradisional yang dimainkan langsung menggunakan rain stick, Fuu (terompet kerang), seruling, dan tifa.
Kostum penari pun mencuri perhatian—cawat merah dan kalung kerang untuk penari pria, sementara penari wanita memakai hiasan bulu ayam dan rumbai kulit kayu yang bergoyang gemulai.
“Saya sebagai pemusik merasakan pengalaman berbeda. Biasanya saya menari, kini harus menyesuaikan tempo dengan gerakan penari,” ujar Geisler, salah seorang pemusik, mengutip laman ISBI Tanah Papua.
Meski hanya berlatih tujuh kali dengan tantangan koordinasi tim, hasilnya memukau. Lenny, salah satu penari, mengaku proses ini membangun kepercayaan dirinya.
Dukungan juga datang dari kampus. Rektor ISBI Tanah Papua, Prof. Dr. Stepanus Hanngar Budi Prasetya, hadir menyaksikan langsung kebanggaan kampusnya di atas panggung.
BACA JUGA
Ruwat Laut Carita, Kekuatan Budaya yang Jadi Magnet Wisata Pesisir Banten
Makna di Balik Arsitektur Rumah Panggung Kampung Adat Sinar Resmi
Muhammad Ilham M. Murda, Koordinator Program Studi Seni Tari ISBI Tanah Papua mengatakan, Tari Henggoni bukan sekadar pertunjukan, tetapi bukti bahwa warisan budaya bisa hidup melalui generasi muda.
Malam itu, Tari Henggoni bukan hanya tarian. Ia adalah cerita tentang laut, tradisi, dan semangat Papua yang terus mengalir dalam denyut seni kontemporer.
(Aak)