BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Perpisahan dengan pelatih Dinara Safina tak menggoyahkan semangat juang Diana Shnaider.
Bahkan sebaliknya, petenis muda Rusia itu justru menunjukkan kedewasaan luar biasa dengan melanjutkan langkah gemilang di Italian Open 2025 dan mencatatkan rekor langka di turnamen WTA level 1000.
Shnaider mengonfirmasi bahwa ia sudah tidak lagi bekerja sama dengan mantan petenis nomor satu dunia, Dinara Safina, yang kini telah kembali ke Barcelona.
Meski tak membeberkan alasan pasti, Shnaider menyampaikan perpisahan itu dengan tenang dan penuh rasa hormat.
“Pengalamannya luar biasa. Dia banyak membantu saya soal fokus dan kontrol emosi di lapangan. Pelajaran itu akan saya bawa terus,” ucapnya kepada media setempat, dikutip Sabtu (10/5/2025).
Meski kehilangan sosok penting di tim pelatihnya, Shnaider membuktikan bahwa mentalnya tetap terjaga. Ia tampil begitu dominan di babak kedua Italian Open dengan menang telak 6-0, 6-0 atas Caroline Dolehide dalam waktu kurang dari satu jam.
Baca Juga:
Mirra Andreeva Lanjutkan Tren Positif di Madrid Open 2025, Taklukkan Bouzkova Dua Set Langsung
Kemenangan ini mengulang hasil serupa yang ia raih di Madrid Open saat menumbangkan Anastasija Sevastova dan menjadikannya petenis pertama dalam sejarah WTA 1000 yang menang dua kali beruntun dengan skor ‘double bagel’.
“Saya tidak memikirkan skor. Fokus saya hanya bermain sebaik mungkin dan menang. Kalau lawan mulai bangkit, saya harus tetap stabil,” ungkap Shnaider usai pertandingan.
Kematangan dan kontrol emosi yang ditunjukkannya seakan membenarkan nilai-nilai yang ia pelajari dari Safina, meskipun kebersamaan mereka berlangsung singkat.
Kemenangan besar ini pun mengirim pesan bahwa Shnaider tetap mampu berdiri kuat, bahkan saat berjuang sendiri.
Di babak ketiga, Shnaider akan menghadapi Jaqueline Cristian dari Rumania, yang sebelumnya menyingkirkan unggulan ke-23, Yulia Putintseva.
Laga ini akan menjadi ujian lanjutan bagi Shnaider untuk membuktikan bahwa perjalanannya menuju papan atas WTA tak bergantung pada siapa pun di belakangnya, melainkan pada ketekunan, disiplin, dan keberanian untuk bertarung hingga akhir.
(Budis)