Tahukah Makna Kue Keranjang Khas Imlek? Ini Penjelasannya

Penulis: Vini

makna kue keranjang
(dok. pinterest)

Bagikan

BANDUNG,TM.ID: Ketahui makna khusus dari kue keranjang atau banyak disebut juga dodol china, yang sudah menjadi makanan paling ikonik pada saat Imlek. Kue keranjang bahkan sudah disukai semua kalangan, bukan hanya warga Tionghoa.

Perayaan Tahun Baru Imlek sebentar lagi, jatuh pada 10 Februari 2024. Namun aroma kue kranjang sudah mengisi setiap tempat toko kue serta pusat perbelanjaan.

Kue keranjang selalu menjadi hidangan wajib saat momen perayaan Imlek, dengan bentuknya yang khas, bulat, dan menyerupai sebuah keranjang kecil. Proses pembuatan Kue Kranjang melibatkan cetakan khusus yang memberikan bentuk unik, mirip sebuah keranjang mini.

Kue ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti Dodol Cina, Kue Bakul, atau Kue Manis. Nama “Dodol” disematkan karena bahan baku Kue Kranjang hampir serupa dengan dodol, terbuat dari tepung ketan dan gula merah, seperti yang dilansir laman Sastra Cina UB.

Teksturnya yang kenyal dan lengket juga membuatnya menyerupai jenang dodol yang dikenal di berbagai daerah di Indonesia. Selain itu, cita rasanya yang manis dan legit menjadikan Kue Kranjang seperti varian lain dari dodol.

Makna Kue Keranjang

Dalam bahasa Mandarin, Kue Keranjang dikenal sebagai “nian gao,” atau dalam dialek Hokkian disebut “ti kwe.” “Nian” berarti “lengket,” sedangkan “gao” berarti “kue,” sehingga secara harfiah Kue Kranjang atau nian gao dapat diartikan sebagai “Kue Lengket.”

Jika diinterpretasikan secara lebih simbolis melalui huruf-huruf dalam bahasa Mandarin, Kue Kranjang atau nian gao juga dapat diartikan sebagai “Tahun Tinggi.”

Filosofi Kue Keranjang

Tradisi menyajikan Kue Kranjang dalam perayaan Tahun Baru Imlek bagi masyarakat Tionghoa memiliki makna filosofi yang mendalam. Kue ini awalnya digunakan sebagai sesaji dalam persembahyangan untuk leluhur, dimulai sepekan sebelum Imlek.

Tujuannya adalah memberikan sajian untuk menyenangkan Dewa Tungku (Cao Kun Kong) agar memberikan laporan amal yang menyenangkan kepada raja surga.

Sebagai sesaji untuk leluhur dan dewa, Kue Kranjang tidak boleh dimakan hingga tiba waktunya Cap Go Meh, malam ke-15 setelah Imlek. Tidak hanya sebagai sesaji, Kue Kranjang juga disantap dan dibagi-bagikan kepada anggota keluarga.

Masyarakat Tionghoa meyakini bahwa dengan menghidangkan kue-kue manis di awal tahun, kebahagiaan dan kenikmatan akan menyertai mereka sepanjang tahun.

Tekstur kue yang lengket, kenyal, dan ulet melambangkan keuletan, kegigihan, dan kerja keras dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Bentuk bulat Kue Kranjang menjadi simbol kesatuan keluarga yang erat dan hubungan yang tak terbatas.

Keberadaan kue ini juga mencerminkan tekad untuk menyongsong tahun baru dengan rasa persatuan, keharmonisan, dan keteguhan hati. Perayaan Imlek sendiri menjadi kesempatan bagi keluarga Tionghoa untuk berkumpul bersama keluarga besar yang mungkin merantau dari berbagai wilayah.

Pembagian Kue Keranjang

Pembagian Kue Kranjang juga menjadi lambang kemakmuran dan harapan akan mendapatkan berkah sepanjang tahun. Lebih dari sekadar keberkahan untuk diri sendiri, berkah ini juga diharapkan untuk dapat dibagikan kepada sesama, menciptakan rasa kebaikan dan kebahagiaan yang meluas dalam masyarakat.

Keunikan Kue Kranjang tidak hanya terletak pada rasa dan teksturnya yang istimewa, tetapi juga dalam proses pembuatannya yang memakan waktu dan melelahkan, khususnya dalam tahap pengadukan yang memerlukan waktu 11-12 jam.

Hal ini bukan hanya mencerminkan kesabaran, kegigihan, dan ketekunan, tetapi juga melambangkan daya juang dan keteguhan hati dalam meraih cita-cita dalam kehidupan.

BACA JUGA: Mie Panjang Umur, Hidangan Spesial di Hari Raya Imlek

Selain itu, diyakini bahwa proses pembuatan Kue Keranjang memerlukan pikiran yang bersih, jernih, dan konsentrasi tinggi agar hasilnya baik dan lezat. Sebaliknya, jika langkah-langkahnya dilanggar, hasilnya dapat menjadi pucat dan tidak enak dikonsumsi.

Bagi Masyarakat Tinghoa, perayaan imlek bukan hanya merayakan momen bersejarah, tetapi juga nilai-nilai kekeluargaan, ketekunan, dan harapan akan kebahagiaan yang abadi dalam setiap langkah kehidupan mereka.

Dan Kue Kranjang bukan hanya sekedar hidanagan lezat yang menjadi ciri khas perayaan Imlek, tapi dibalik itu ada makna dan filosofi yang mendalam.

 

(Vini/Aak)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Maevening RM1S
Maeving RM1S Meluncur, Motor Listrik Gaya Jadul
Razia sel dan tes urine
Lapas Cianjur Gelar Razia dan Tes Urine, Pastikan Tak Ada Narkoba dan Ponsel
Prestasi mahasiswa USK
Tim Rimueng Nanggroe USK Harumkan Aceh di Ajang Siginjai Mining Competition 2025
Cirebon menjadi sentra ikan nila
Kabupaten Cirebon Menuju Sentra Ikan Nila Nasional
Inovasi LAJUR PESAT
Kasus HIV/AIDS Meningkat, Dinkes Kabupaten Majalengka Luncurkan Inovasi 'LAJUR PESAT'
Berita Lainnya

1

Ini Syarat dan Cara Daftarkan Anak ke Barak Militer

2

Link Live Streaming Persib vs PS. Barito Putera Selain Yalla Shoot

3

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

4

Daftar Pajak Kijang Diesel, Semua Tipe Lengkap!

5

Adu Kuat 5 Kandidat Wakil Ketua LPS
Headline
Perahu Tradisional Pengangkut Sembako Meledak di Pelembang
Perahu Tradisional Pengangkut Sembako Meledak di Pelembang, Empat Orang Hilang, Tiga Luka-luka
Kemenangan Barito Putera Atas Persib Harus Sirna Akibat Ulah Yuswanto Aditya
Kemenangan Barito Putera Atas Persib Harus Sirna Akibat Ulah Yuswanto Aditya
ibu bawang (2)
Polisi Seret Pelaku Hajar Ibu-Ibu Pencuri Bawang di Pasar Boyolali
hasto kpk
Sidang Hasto Tegang, Pengacara Keberatan pada KPK!

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.