BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Pemerintah Indonesia Kembali menegaskan komitmennya untuk mengembangkan tenaga nuklir sebagai sumber energi alternatif untuk mendukung swasembada energi nasional. Indonesia memproyeksikan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dapat terealisasi pada tahun 2032, lantas bagaimana perkembangan nya sejauh ini?
Rencana Indonesia untuk mengembangkan nuklir bukan lah hal baru. Sudah lebih dari dua dekade, pembahasan terkait pembangkit Listrik tenaga nuklir tidak menemui kepastian.
Padahal, Indonesia memiliki potensi yang cukup tinggi untuk mengembangkan pembangkit lsitrik tenaga nuklir.
Untuk itu, dalam periode pemerintan yang baru ini, Presiden Prabowo Kembali memantapkan rencana terkait energi nuklir di Indonesia.
Terlebih lagi pemerintah kali ini memiliki target besar untuk mencapai swasembada energi nasional. Selain itu, Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai Net Zero Emission pada 2060.
Nuklir dinilai mampu menjadi sumber energi bersih. Potensi nya yang dapat dikembangkan dengan kapasitas masif dalam waktu singkat, mampu mendukung transisi energi menuju swasembada.
Targert Realisasi tahun 2032
Kementerian ESDM menyebut persiapan PLTN sudah dimulai. Pemerintah menyatakan pembangkit Listrik tenaga nuklir rampung dan dapat beroperasi pada tahun 2032.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi saat mengdakan Rapat dengan Komisi XII DPR RI, Selasa 18 Februari, 2025.
“Fase pengembangan infrastruktur PLTN saat ini memang sedang pada fase pertama, yaitu pertimbangan menuju penetapan,” ucap Eniya, dikutip CNN Indonesia.
Eniya mengatakan bahwa fase ini ditetapkan merujuk pada pedoman nternational Atomic Energy Agency (IAEA). Indonesia kini perlu menyiapkan regulasi pembentukan Nuclear Energy Program Implementation Organization (NEPIO) untuk bisa lanjut ke tahap operasi.
Kesiapan Indonesia Menurut Bappenas
Sebelumnya, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bapenas) sempat menyinggung kesiapan Indonesia terkait pengembangan nuklir.
Bapenas menilai untuk memanfaatkan energi nuklir, Indonesia masih belum memenuhi tiga aspek, yakni posisi nasional, kesiapan organisasi, serta pemetaan stakeholders.
“Problemnya nuklir ini sering disangka sesuatu yang gampang. Tapi ekosistemnya belum terbentuk, ini yang harus kami mulai. Ini jadi tanggung jawab Kementerian PPN/Bappenas untuk merencanakan itu,” kata Wakil Menteri Bappenas Febrian Alphyanto Ruddyard, 10 Februari 2025, dikutip dari Tempo.
Saat ini, pemanfaatan nuklir di Indonesia masih terbatas pada sektor non-energi, seperti sektor kesehatan, pangan, dan pertanian. Namun, Bappenas mengatakan PLTN mampu mendukung transisi energi dalam jangka panjang.
Prospek Pengembangan Nuklir
Sejalan dengan visi pemerintah, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mendukung penuh upaya pemerintah dalam mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia.
Hal tersebut sebagai bagian dari upaya diversifikasi sumber energi dan mendukung keberlanjutan sektor energi nasional.
“Kadin Indonesia mendukung pemerintah untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN di tanah air,” kata Wakil Ketua Umum Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Kadin Indonesia Aryo Djojohadikusumo dalam keterangannya di Jakarta, 25 Februari 2025, dikutip dari Antara.
Kadin mengapresiasi langkah pemerintah yang saat ini memprioritaskan sektor energi baru dan terbarukan (EBT), salah satunya nuklir, sebagai salah satu tujuan investasi.
Menurut informasi Pusat Data Kadin Indonesia Bidang ESDM, nilai investasi nuklir deiperkirakan akan terus meningkat dari tahun ke tahun. Kadin bersama pemerintah pun kini tengah memanfaatkan momentum dan potensi tersebut.
Terkait investasi pengembangan PLTN di Indonesia sendiri, Kadin mengatakan sejauh ini terdapat tiga negara besar yang telah menawarkan proposal. Ketiga negara tersebut yaitu Amerika Serikat (AS), Rusia, dan China.
Kadin mengungkapkan bahwa proposal dari ketiga negara masih dalam tahap negosiasi bersama Pemerintah Indonesia. Hal ini demi mencapai kesepakatan terbaik bagi negara.
Tantangan Pengembagan Nuklir Indonesia
Sebaliknya, Direktur Eksekutif Institute for Essential Service Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyatakan rencana pembangunan PLTN masih memiliki sejumlah catatan. Pembangkit nuklir cenderung mahal karena Indonesia tak punya teknologi dan sumber daya energinya.
Ia menjelaskan Indonesia saat ini belum bisa memproduksi Small Modular Reactor atau SMR yang menyebabkan negara harus mengimpor reactor. Selain itu, belum adanya tenaga ahli lokal juga berpotensi menjadikan negara mengggunakan operator PLTN dari negara lain.
Hal ini dikhawatirkan malah menambah ketergantungan Indonesia terhadap negara lain. “Sekali membangun PLTN, menurut saya, akan punya ketergantungan terus-menerus kepada si negara yang membuat itu, kita akan bergantung sepenuhnya,” kata Fabby, mengutip CNN Indonesia.
Dia mengatakan masih banyak sumber energi lain yang bisa Indonesia manfaatkan selain nuklir.
BACA JUGA:
Indonesia Dorong Pengolahan Sampah Jadi Energi, Potensi Listrik Capai 3 GW
Buat Inovasi Energi Terbarukan, Mahasiswa UM Raih Medali Emas di Indonesian Science Competition
Brin Optimis Pengembangan Energi Nuklir Indonesia
Namun, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko meyakinkan bahwa Indonesia mampu mengembangkan energi nuklir.
Menepis keraguan terkait tenaga ahli, kepala brin menyatakan kendala saat ini terkait penerimaan Masyarakat.
“Ini karena penerimaan masyarakat yang masih sulit untuk pemanfaatannya. Hanya itu saja, kalau untuk tenaga ahli sama sekali tidak ada kendala,” ujar tri kamis 27 Februari, dikutip RRI.
(Raidi/Aak)