Surat Kartini Berhasil Selamatkan Perempuan Indonesia ke Masa Terang

Penulis: Anisa

Surat kartini
(Wikimedia Commons)
[galeri_foto] [youtube_embed]

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Setiap tahun, pada tanggal 21 April, Indonesia mengenang sosok Raden Ajeng (R.A) Kartini, pahlawan emansipasi yang gigih memperjuangkan hak-hak perempuan.

Surat Kartini kembali diangkat untuk memperingati perjuangan beliau, menuntun para perempuan Indonesia keluar dari masa gelap penjajahan menuju masa terang.

Sejarah Singkat Surat Kartini

Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, dari pasangan Raden Mas Sosroningrat dan Mas Ajeng Ngasirah. Kartini memulai perjalanan intelektualnya dengan menulis surat pada tahun 1899. Surat pertamanya dia beri untuk sahabatnya, Estelle (Stella) Zeehandelaar, seorang aktivis feminis Belanda.

Dalam surat-suratnya, Kartini mengungkapkan rasa keresahan terhadap keterbatasan yang dialami perempuan Jawa pada masa itu. Ia mengecam tradisi yang mengikat perempuan dalam peran domestik dan menuntut kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri. Kartini juga menentang praktik poligami yang merampas hak-hak perempuan.

BACA JUGA: Rieke Diah Pitaloka: Surat RA Kartini Harus jadi Memori Kolektif Dunia!

Perjuangan Kartini

Aktif menulis dari tahun 1889 hingga 1904, Kartini memperjuangkan hak-hak perempuan Indonesia. Surat Kartini tidak hanya membangkitkan semangat perempuan di zamannya, tetapi juga menyalakan api perlawanan terhadap penjajahan.

Ia menentang norma sosial yang menghambat perkembangan perempuan dan menyerukan kesetaraan gender.

Jacques Henrij (J.H) Abendanon, seorang pejabat kolonial Belanda, memberikan dukungan kepada Kartini. Ia memberikan beasiswa untuk Kartini belajar di Belanda, meskipun usaha tersebut akhirnya gagal karena pernikahan yang diatur oleh ayah Kartini.

Namun, Abendanon tetap mengumpulkan surat-surat Kartini dalam sebuah buku yang terbit setelah kematiannya.

Warisan Kartini terus hidup hingga saat ini. Hari Kartini ditetapkan sebagai hari penting dalam sejarah Indonesia pada tahun 1964, mengakui perjuangannya sebagai bagian dari perjuangan kemerdekaan nasional.

Kumpulan suratnya yang dihimpun dalam buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” menjadi sumber inspirasi bagi generasi penerus dalam memperjuangkan kesetaraan dan keadilan.

 

 

(Kaje/Usk)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Screenshot_20250617_223359_Gallery
Kolaborasi Seskoad dan Pemkot Bandung Wujudkan Zona Bebas Sampah
Energi Hijau
Indonesia Teken 3 MoU dengan Singapura, Perkuat Kolaborasi Energi Hijau
wamentan komisaris pupuk indonesia
Wamentan Diangkat Jadi Komisaris Utama Pupuk Indonesia
korupsi ekspor CPO
Kasus Korupsi Ekspor CPO, Kejagung Sita Rp11,8 T dari Wilmar Group
pesawat saudia airlines
Saudia Airlines Dapat Teror Bom, Menko Polkam Minta TNI-Polri Usut
Berita Lainnya

1

Komunikasi Visual di Era Digital: Klinik Permata Jati Garut Perkuat Peran Media Sosial Lewat Program PKM UNIBI

2

Ketangguhan Zarco Tak Bisa Tutupi Luka Honda, Aleix Espargaro Buka-bukaan Masalah RC213V

3

Rumah Subsidi 18 Meter Persegi Dinilai Bukan Standar Manusia

4

Jangan Kaget! Peredaran Batu Bara China di Indonesia Makin Meluas

5

Terbukti Lakukan Pelanggaran Berat, Malut United Pecat Imran Nahumarury dan Yeyen Tumena
Headline
Meletus Erupsi Letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki - Dok PVMBG
Gunung Lewotobi Laki-Laki Erupsi Dahsyat! Semburkan Abu Vulkanik 10.000 Meter
sengketa 4 pulau-1
Prabowo Resmi Putuskan Kembalikan 4 Pulau ke Aceh
rumah subsidi 18 meter persegi
Rumah Subsidi 18 Meter Persegi Dinilai Bukan Standar Manusia
Trump Umumkan Tarif Impor Baru, Indonesia Kena 32 Persen
Kecewa Pada Apple, Donald Trump Luncurkan Smartphone T1

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.