BANDUNG,TM.ID: Penjelasa tentang faktor penyebab seseorang menjadi LGBT yang terjadi saat ini. LGBT dinilai sebagai penyakit sosial, gangguan mental, atau praktik seksual yang menyimpang.
Kendati belum ada kesepakatan diantara peneliti yang menyatakan perbedaan orientasi seksual dan gender dalam LGBT, berkaitan dengan penyakit jiwa, trauma psikologis, atau gangguan seksual.
Berdasarkan penelitian yang ahli lakukan selama 50 tahun terakhir, sampai sekarang para ahli pun belum dapat menjelaskan secara pasti penyebab dari LGBT, serta mengapa seseorang bisa memiliki orientasi seksual tertentu.
Sementara untuk identitas gender, hal ini lebih berhubungan dengan faktor psikologis.
Artinya, bagaimana individu memahami dirinya secara internal dan mencoba merepresentasikan dirinya ke luar melalui ekspresi gender.
Baca Juga : Aksi Kontroversial LGBT The 1975 Bikin 4 Musisi Indonesia Kecewa
Faktor penyebab LGBT menurut Ahli
Namun, laporan dari Association for Psychological Science yang merangkum berbagai hasil riset terkini menunjukkan ada beberapa faktor yang kemungkinan berkaitan dengan pembentukan orientasi seksual seseorang.
1. Setiap orang dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda memiliki perasaan non-heteroseksual atau ketertarikan seksual di luar dari sesama jenis. Karakter ini setidaknya muncul dalam persentase kecil tapi tetap berpengaruh.
2. Orientasi seksual pada laki-laki dan perempuan bisa terpengaruh dengan faktor yang berbeda. Pada laki-laki, orientasi seksual lebih cenderung berkaitan dengan pola rangsangan seksual dibandingkan perempuan.
3. Faktor biologis termasuk hormon di masa kehamilan dan profil genetik bisa menentukan orientasi seksual seseorang. Meski begitu, hal ini tidak selalu terjadi pada setiap orang.
4. Dari bukti yang ada, para ahli menduga faktor biologis dan lingkungan sosial saling terkait untuk mempengaruhi orientasi seksual seseorang.
5. Penemuan penelitian tidak dapat mendukung konsep bahwa seseorang bisa mempelajari atau diajarkan untuk memiliki orientasi seksual tertentu.
6. Masih sedikit temuan yang memperkirakan orientasi seksual yang berbeda dari heteroseksual menjadi semakin banyak seiring dengan meningkatnya toleransi sosial.
Para ahli juga memahami bahwa orientasi seksual lebih bersifat seperti spektrum dibandingkan sebuah kualitas yang absolut (tetap).
Ada individu yang berada di sisi yang cenderung heteroseksual, adapula yang di tengah, atau di sisi berlawanan yaitu spektrum gay.
Oleh karena itu, seseorang mungkin bisa mengalami perubahan orientasi seksual sepanjang hidupnya.
Di tengah perdebatan yang sengit mengenai LGBT, banyak yang salah memahami arti atau konsep sebenarnya dari singkatan ini.
Istilah LGBT merangkul keanekaragaman orientasi seksual dan identitas gender yang terus berkembang seiring waktu.
(Aziz)