BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID – Grand Prix Inggris 2025 menjadi mimpi buruk bagi Mercedes. Di tengah ekspektasi untuk tampil kompetitif di kandang sendiri, tim justru terjerumus dalam serangkaian keputusan strategis yang berujung pada hasil bencana.
Bos tim Toto Wolff pun tak menutupi kekecewaannya.
“Ini benar-benar bencana besar,” ujarnya.
Semua berawal dari formation lap yang penuh ketegangan. George Russell membuat keputusan berani untuk masuk pit lebih awal dan mengganti ban ke tipe slick, berharap lintasan mengering cepat.
Namun prediksi itu meleset jauh. Lintasan masih terlalu basah, dan Russell kehilangan banyak posisi bahkan sebelum balapan benar-benar dimulai.
“Keputusan pertama itu salah total, dan kami semua bertanggung jawab,” kata Wolff.
Kesalahan tak berhenti di situ. Tim lantas menyesuaikan strategi untuk Kimi Antonelli, pembalap muda yang tengah menjalani musim debutnya. Tim justru menyeretnya ke strategi yang sama dan sama-sama gagal.
“Seharusnya Kimi dibiarkan menjalankan strategi sendiri. Dengan begitu, kami mungkin bisa finis di depan Hulkenberg,” ujar Wolff.
Kekacauan makin menjadi ketika Mercedes salah menilai karakter ban medium, menganggapnya tak akan bertahan lama.
Baca Juga:
Oscar Piastri Kokoh di Puncak Klasemen F1 2025, Verstappen Terpeleset Akibat Penalti
Kenyataannya, ban tersebut lebih cocok untuk kondisi lintasan, tapi Mercedes sudah telanjur mengambil langkah keliru untuk kedua kalinya.
“Keputusan kedua lebih buruk dari yang pertama. Dan keputusan ketiga… rasanya seperti pukulan terakhir,” tambah Wolff.
Penderitaan Mercedes lengkap ketika Antonelli harus mengakhiri balapan lebih awal. Mobilnya mengalami kerusakan serius setelah ditabrak dari belakang oleh Isack Hadjar (Racing Bulls), kehilangan sekitar 40 poin downforce akibat diffuser yang hancur.
“Dengan kerusakan sebesar itu, tidak ada alasan melanjutkan. Kami hentikan balapannya demi keselamatan dan mesin,” jelas Wolff.
Tim Mercedes memang dikenal berani dalam mengambil keputusan strategis. Namun kali ini, keberanian berubah jadi blunder bertubi-tubi.
“Biasanya, dari 10 keputusan, 6 atau 7 berhasil. Tapi hari ini, tidak ada satu pun yang tepat,” tutupnya.
Kini Mercedes menghadapi tekanan besar. Di saat tim-tim seperti McLaren, Ferrari, dan Sauber tampil konsisten dan kompetitif, mereka justru terjebak dalam krisis pengambilan keputusan.
Jika tak segera bangkit, Silverstone bisa jadi awal keterpurukan yang lebih dalam musim ini.
(Budis)