BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Dalam dunia persaingan bisnis yang semakin kompleks dan kompetitif, kemampuan perusahaan untuk tampil berbeda dan unik menjadi sangat penting. Strategi diferensiasi menjadi salah satu pendekatan penting untuk menciptakan keunggulan bersaing yang berkelanjutan dan telah terbukti sebagai salah satu pendekatan paling efektif untuk memenangkan persaingan di pasar. Strategi ini berfokus pada penciptaan nilai unik yang membedakan produk baik barang maupun jasa sebuah perusahaan dari pesaingnya di mata dan benak pelanggan. Di Indonesia, banyak perusahaan yang telah berhasil meraih kesuksesan berkat strategi diferensiasi ini, namun tidak sedikit pula yang gagal bertahan karena mengabaikannya.
Strategi diferensiasi merupakan upaya perusahaan untuk menciptakan produk baik barang maupun layanan yang memiliki keunikan tersendiri di mata pelanggan. Keunikan tersebut bisa berupa fitur produk, kualitas layanan, teknologi, desain, brand image, atau pengalaman pelanggan yang tidak ditawarkan oleh pesaing/ kompetitor. Tujuannya adalah agar pelanggan bersedia membayar lebih atau tetap loyal meskipun harga produk lebih tinggi dibandingkan harga pesaing.
Jack Trout, dalam bukunya “Differentiate or Die: Survival in Our Era of Killer Competition“, menegaskan bahwa tanpa diferensiasi yang jelas, sebuah bisnis hanya akan menjadi komoditas yang mudah tergantikan. Menurut Jack Trout, diferensiasi bukan sekadar perbedaan biasa, melainkan perbedaan yang bermakna (meaningful difference). Dalam buku Differentiate or Die, dijelaskan bahwa pasar saat ini dipenuhi dengan produk baik barang maupun layanan yang mirip satu sama lain. Konsumen diberikan banyak pilihan, satu-satunya cara untuk tetap bertahan dan tumbuh adalah dengan membangun identitas yang jelas, unik, dan relevan.
Jack Trout juga menyoroti bahwa banyak perusahaan gagal karena terjebak dalam perang harga, bukan membangun diferensiasi/ keunikan yang nyata. Ia menekankan bahwa dalam dunia yang penuh “killer competition”, perusahaan yang tidak bisa membedakan dirinya dengan pesaing atau kompetitor akan mati secara perlahan di pasar.
PT Paragon Technology and Innovation, produsen kosmetik dengan merek terkenal Wardah berhasil membedakan produknya dengan produk pesaing dengan menggunakan konsep kosmetik halal pertama di Indonesia, yang sesuai dengan nilai-nilai Islam dan kebutuhan pasar Muslim yang besar di Indonesia.
Wardah tidak hanya menawarkan kosmetik halal, tetapi juga menekankan pada kualitas produk, harga terjangkau, inovasi berkelanjutan, dan pendekatan pemasaran yang kuat melalui brand ambassador yang relevan. Strategi ini membuat Wardah tumbuh pesat dan mampu bersaing dengan merek internasional.
Wardah adalah contoh nyata perusahaan Indonesia yang berhasil menerapkan prinsip-prinsip dari Differentiate or Die. Wardah tidak sekadar menjual kosmetik, tetapi menanamkan nilai halal dan keislaman sebagai diferensiasi utama. Strategi ini berhasil karena menyentuh kebutuhan emosional dan kultural mayoritas penduduk Indonesia yang beragama Islam.
Keberhasilan Wardah sejalan dengan prinsip Jack Trout bahwa diferensiasi yang kuat berasal dari nilai yang dipercaya pelanggan dan dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Wardah terus memperkuat posisinya melalui inovasi produk, kolaborasi dengan brand ambassador Muslimah, serta pendekatan komunikasi yang konsisten dan relevan.
Sebaliknya, Rimo Department Store, yang dulu cukup dikenal di Indonesia, mengalami kegagalan karena tidak memiliki keunikan yang jelas di pasar ritel. Di tengah perubahan tren belanja ke e-commerce dan munculnya retail-retail modern seperti Tokopedia, Shopee, hingga toko offline seperti Miniso dan H&M, Rimo gagal beradaptasi dan tidak mampu menawarkan diferensiasi produk yang menarik bagi konsumen.
Tanpa inovasi, tanpa keunikan produk atau pengalaman belanja yang menonjol, serta minim strategi pemasaran yang kuat, Rimo kehilangan daya tarik dan akhirnya terjadi penurunan drastis dalam hal performa penjualan, yang hingga akhirnya Rimo ditinggalkan konsumen.
Rimo adalah contoh perusahaan yang gagal karena tidak memiliki diferensiasi yang jelas. Ketika perusahaan-perusahaan retail modern mulai beralih ke digital, menawarkan pengalaman belanja yang nyaman dan personal, Rimo tetap bertahan dengan pendekatan lama yang tidak menarik lagi bagi konsumen.
Seperti yang dijelaskan Jack Trout, perusahaan yang tidak mau berubah dan tidak memiliki keunikan akan tertinggal. Rimo tidak menawarkan sesuatu yang berbeda dari pesaingnya. Akibatnya, konsumen tidak memiliki alasan kuat untuk memilih Rimo dibandingkan kompetitor. Ini menunjukkan betapa pentingnya positioning yang unik dan konsisten dalam memenangkan hati konsumen.
Strategi diferensiasi bukanlah strategi pilihan, melainkan suatu keharusan. Seperti yang ditegaskan dalam buku Differentiate or Die, dalam dunia bisnis yang penuh persaingan, hanya perusahaan yang mampu tampil beda dan relevan yang akan bertahan.
Strategi diferensiasi terbukti menjadi kunci keberhasilan bisnis di Indonesia, baik dalam produk barang maupun jasa. Keberhasilan PT Paragon melalui Wardah menunjukkan bahwa diferensiasi yang kuat melalui pemahaman pasar, inovasi, dan positioning yang tepat dapat membawa perusahaan meraih pangsa pasar yang besar dan loyalitas konsumen. Di sisi lain, kegagalan Rimo Department Store menjadi pelajaran penting bahwa tanpa diferensiasi dan keunikan, perusahaan bisa kehilangan arah dan sulit bersaing, terlebih dalam era digital dan perubahan perilaku konsumen yang sangat cepat.
Bagi perusahaan Indonesia, baik besar maupun kecil yang bergerak di sektor produk baik barang maupun jasa, membangun diferensiasi yang otentik dan berkelanjutan adalah fondasi penting untuk meraih keunggulan kompetitif jangka panjang.
Penulis: Rektor Universitas INABA, Dr. Mochammad Mukti Ali, S.T., M.M.