BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung melalui UPTD Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu (PPKT) terus berupaya mendekatkan pelayanan kegawatdaruratan kepada masyarakat. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah dengan menggencarkan program Aswatama (Ambulan Sapa Warga untuk Pertolongan Pertama).
Pelaksana tugas (Plt) Kepala UPTD PPKT Dinkes Kota Bandung, Eka Nugraha, menjelaskan Aswatama merupakan program jemput bola yang menyasar ruang-ruang publik untuk memperkenalkan layanan ambulans 119 serta memberikan edukasi pertolongan pertama kepada masyarakat.
“Program ini bertujuan mendekatkan pelayanan sekaligus sebagai media promosi dan edukasi. Masih banyak warga yang belum familiar dengan layanan 119 atau hotline kami di 0811-2442-119,” kata Eka, saat ditemui di kawasan Gasibu, Bandung, Rabu (11/6/2025).
Menurutnya, keberhasilan penanganan kegawatdaruratan tidak hanya bergantung pada kecepatan petugas medis, tetapi juga kesiapan masyarakat di sekitar korban untuk memberikan pertolongan pertama yang tepat.
“Banyak masyarakat Bandung yang niatnya ingin menolong sudah ada, tapi masih belum tahu tata caranya. Misalnya dalam kasus serangan jantung, banyak yang langsung buru-buru membawa korban ke rumah sakit, padahal yang dibutuhkan justru tindakan resusitasi jantung paru (CPR) secepat mungkin. Golden period-nya hanya 10 menit,” ucapnya.
Eka juga menambahkan, lokasi markas ambulance PSC 119 yang berada di kawasan Cihampelas membuat respon cepat menjadi tantangan tersendiri, terutama jika kejadian berada di wilayah yang jauh seperti Ujungberung.
Oleh karena itu, pihaknya menekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat agar mampu memberikan pertolongan pertama sebelum tenaga medis datang.
Baca Juga:
Kasus Jual Beli Kursi di Sekolah Terjadi, Pemkot Bandung Lakukan Penyelidikan Siap Tindak Tegas!
Wali Kota Bandung Tegaskan Pengisian Jabatan Kosong di Pemkot Bandung Terus Berjalan
Melalui program Aswatama, masyarakat diajarkan teknik-teknik dasar seperti memeriksa nadi, pernapasan, hingga melakukan pijatan dada atau CPR. Selain edukasi pertolongan pertama, layanan ini juga menyediakan konsultasi kesehatan gratis oleh tenaga medis seperti perawat, bidan, dan dokter.
“Misalnya ada yang ingin konsultasi soal tekanan darah atau penyakit lain, bisa langsung tanya. Tim kami akan memberikan edukasi yang tepat, meskipun fokus utama kami tetap pada kegawatdaruratan,” ujarnya.
Eka juga menyebut, antusiasme masyarakat terhadap program ini cukup tinggi. Banyak warga yang menyayangkan baru mengetahui adanya layanan seperti ini.
“Ada yang bilang, ‘Seandainya saya tahu dari dulu, mungkin saudara saya bisa tertolong.’ Memang penyesalan datang belakangan, tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali,” katanya.
Kegiatan ini digelar rutin dari Senin hingga Minggu, bergantung pada ketersediaan personel. Lokasinya pun berpindah-pindah, mulai dari Gasibu, Saparua, hingga Alun-alun Ujungberung, menyesuaikan dengan tingkat keramaian.
Dalam hal kejadian kegawatdaruratan, Eka menyebut kecelakaan lalu lintas masih menjadi kasus yang paling sering dilaporkan, meskipun tingkat fatalitas tertinggi justru berasal dari serangan jantung dan stroke.
“95 persen kasus serangan jantung tidak tertolong, karena masyarakat sekitar bingung harus bagaimana. Padahal kalau tahu cara melakukan CPR, banyak nyawa bisa diselamatkan. Kami juga siap memandu via telepon, tapi belum semua masyarakat terbuka untuk dipandu,” pungkasnya. (Kyy/_Usk)