Sejarah Tradisi Ngalaksa Rancakalong Sumedang yang Berawal dari Krisis Pangan

Penulis: Aak

Tradisi Ngalaksa Sumedang 1 - Instagram Erwan Setiawan
Tradisi Ngalaksa Rancakalong Sumedang ( Instagram Erwan Setiawan)

Bagikan

SUMEDANG, TEROPONGMEDIA.ID — Tradisi Ngalaksa hingga saat ini masih lestari di tengah masyarakat Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Simak dalam artikel ini sejarah tradisi Ngalaksa yang tercipta sejak era penyerangan Mataram ke Batavia.

Rancakalong dikenal sebagai jantung kesenian Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Dari sekitar 90 jenis kesenian khas Sumedang, sebanyak 34 di antaranya lahir dan berkembang di wilayah ini.

Keberagaman seni ini tidak lepas dari sejarah Rancakalong sebagai tempat pelarian seniman pada masa pemerintahan Prabu Geusan Ulun, penerus Kerajaan Pajajaran dan Sumedang Larang.

Ketika terjadi konflik antara Sumedang dan Cirebon, pusat pemerintahan dipindahkan ke Dayeuh Luhur oleh Geusan Ulun dan para prajuritnya.

Sementara itu, para seniman memilih mengungsi ke Rancakalong yang terletak di dataran tinggi. Pilihan ini menjadikan wilayah tersebut sebagai tempat persemaian berbagai kesenian tradisional yang bertahan hingga kini.

Sejarah Tradisi Ngalaksa

Salah satu tradisi unik yang lahir dari Rancakalong adalah Ngalaksa, yang berawal dari masa penyerangan Mataram ke Batavia pada tahun 1628-1629 lalu.

Saat itu, seluruh persediaan padi digunakan untuk logistik perang, menyebabkan kelaparan melanda Rancakalong yang dikenal sebagai lumbung padi.

Tatang Sobana, tokoh budaya dari Dewan Kebudayaan Sumedang, menceritakan bagaimana warga terpaksa mengonsumsi hanjeli (jali-jali) sebagai pengganti beras.

Untuk mengatasi krisis, dikirimlah sembilan utusan ke Cirebon untuk mencari benih padi. Namun, patroli prajurit Mataram yang ketat memaksa mereka berinovasi.

“Para utusan menyamar sebagai pengamen dengan membawa kecapi ngekngek dan rebab. Benih padi disembunyikan di dalam lubang resonansi rebab,” papar Tatang, mengutip laman Pemkab Sumedang.

Ia menambahkan, teknik menggesek rebab sambil menutupi lubang resonansi dengan lutut kiri menjadi ciri khas yang sengaja dibuat untuk mengelabui pemeriksaan.

Warisan Budaya yang Tetap Lestari

Kisah heroik tersebut tidak hanya menjadi cerita turun-temurun, tetapi juga melahirkan berbagai ekspresi seni khas Rancakalong.

Hingga saat ini, wilayah ini tetap menjadi garda depan pelestarian kesenian tradisional Sunda di Jawa Barat.

Pemerintah Kabupaten Sumedang terus mendorong pelestarian kekayaan budaya ini melalui berbagai program, termasuk festival seni dan pendokumentasian tradisi lokal.

Rancakalong pun semakin mengukuhkan diri sebagai laboratorium hidup kesenian Sunda.

BACA JUGA

Tradisi Ngerowahin: Warisan Budaya Spiritual Masyarakat Depok

Melestarikan Seni Tradisi Indramayu: Wayang Kulit, Berokan, Jaran Lumping

Tradisi Ngalaksa 2025

Wakil Gubernur Jawa Barat, Erwan Setiawan, melalui akun Instagram pribadinya menyampaikan, tradisi Ngalaksa yang digelar di Desa Wisata Rancakalong, lebih dari sekadar acara seremonial.

Ritual yang telah berusia lebih dari satu abad ini merupakan wujud rasa syukur kepada Tuhan sekaligus penghormatan terhadap leluhur masyarakat Sunda.

Tradisi tahunan ini menampilkan lebih dari 40 jenis kesenian budaya Sunda, menjadikannya salah satu event kebudayaan paling lengkap di Jawa Barat.

Berbagai pertunjukan seperti kecapi suling, tari tradisional, dan seni bela diri khas Sunda turut memeriahkan acara yang menjadi daya tarik wisatawan lokal maupun mancanegara ini.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat menunjukkan komitmen kuat dalam melestarikan tradisi ini.

Tahun 2025, sebanyak 42 karya budaya telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Jawa Barat, dengan Ngalaksa menjadi salah satu fokus utama.

Dukungan konkret diberikan melalui alokasi dana APBD untuk program revitalisasi budaya.

“Kami percaya tradisi ini memiliki nilai yang sangat besar, tidak hanya secara budaya tetapi juga sebagai penggerak ekonomi rakyat,” ujar Erwan.

Dampak Ekonomi

Keberlangsungan tradisi Ngalaksa telah memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat setempat.

Selama penyelenggaraan acara, terjadi peningkatan signifikan pada penjualan produk lokal, penyewaan homestay, serta usaha kuliner khas Sunda.

Pemerintah daerah terus mendorong pengembangan wisata budaya berbasis komunitas ini, dengan harapan dapat menjadi model pelestarian budaya yang berkelanjutan sekaligus sumber penghidupan bagi masyarakat.

(Aak)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Mobil damkar
2 Mobil Damkar Dikerahkan untuk Tangani Kebakaran di Gang Guntur Cianjur
Pengancaman dan kekerasan
Pelaku Pengancaman Terkait Pengelolaan Lahan Parkir di Bekasi Dibekuk Polisi
Ganja
Peredaran Ganja 6 Kg di Jaktim Berhasil Digagalkan
Ojol Bandung
Viral! Ojol Bandung Tambal Jalan Pakai Uang Sendiri "Nggak Nunggu Janji"
Akhmad Marjuki
Disambut Bang Maja, Doa Haru Sertai Akhmad Marjuki dari Seniman Betawi untuk Golkar Bekasi!
Berita Lainnya

1

Ini Syarat dan Cara Daftarkan Anak ke Barak Militer

2

Fakultas Komunikasi dan Ilmu Sosial Telkom University Dorong Digitalisasi Promosi Wisata Desa Sugihmukti Lewat Produksi Video Profil

3

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

4

Daftar Pajak Kijang Diesel, Semua Tipe Lengkap!

5

Link Live Streaming AC Milan vs Bologna Final Coppa Italia 2024/25 Selain Yalla Shoot
Headline
anggota dprd lampung utara
Usai Viral Sawer DJ, Anggota DPRD Lampung: Bukan Melanggar Norma!
Gunung Cikuray Garut - Pendaki Hilang - Foto Kuttab Digital
Pendaki Asal Karawang Hilang di Gunung Cikuray Garut, Tim SAR Lakukan Operasi Pencarian
ijazah jokowi
Polemik Ijazah Jokowi, Rektor dan Dekan UGM Digugat Rp69 Triliun!
Harga Tiket Timnas Indonesia Vs China, Cek Cara Belinya
Harga Tiket Timnas Indonesia Vs China, Cek Cara Belinya

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.