BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Indonesia pernah memiliki kabinet tergemuk dengan jumlah menteri, wakil menteri, kepala badan, dan kepala lembaga setingkat menteri terbanyak.
Kabinet gemuk tersebut bernama Dwikora II yang terbentuk pada masa pemerintahan Presiden Soekarno ketika era Demokrasi Terpimpin.
Jumlah anggota Dwikora II mencapai 132 orang. Kabinet ini menjalankan tugasnya mulai 24 Februari 1966, namun bubar pada 27 Maret 1966.
Berikut kilas balik Dwikora II, kabinet dengan jumlah anggota terbanyak sepanjang sejarah Indonesia.
Kabinet Dwikora II
Kabinet Dwikora II merupakan kelanjutan dari Kabinet Dwikora I yang bertugas pada 27 Agustus 1964 hingga 22 Februari 1966.
Anggota Kabinet Dwikora I terbilang gemuk, namun tidak sebanyak Kabinet Dwikora II. Kabinet Dwikora I beranggotakan 110 orang.
Melansir laman ESI Kemendikbud, Kabinet Dwikora II terbentuk ketika Soekarno berusaha mengatasi krisis ekonomi, sosial, dan keamanan setelah muncul perlawanan yang menyasar kepemimpinannya pasca-Gerakan 30 September 1965.
Pada saat itu, kelompok pelajar, mahasiswa, dan pemuda menggelar unjuk rasa memprotes kebijakan pemerintah yang dinilai membuat rakyat sengsara.
Mereka kemudian menyampaikan Tri Tuntutan Rakyat atau Tritura dengan tiga permintaan, yakni membubarkan PKI, membersihkan kabinet dari unsur-unsur Gerakan 30 September 1965, dan perbaikan ekonomi atau penurunan harga.
Setelah itu, Soekarno melakukan reshuffle kabinet, namun ia masih mempertahankan beberapa tokoh PKI, seperti Sudibjo, Surachman, dan Suryadarma.
Reshuffle tersebut ternyata tidak membuat mahasiswa puas. Mereka justru kecewa karena tokoh-tokoh yang menentang PKI, seperti Artati Marzuki, Martadinata, dan Jenderal A.H. Nasution tidak dimasukkan ke dalam kabinet.
Ketika anggota Kabinet Dwikora II dilantik pada 24 Februari 1966, Soekarno meminta anggota kabinet untuk menciptakan landasan yang kuat dan luas untuk bertahan.
Ia juga meminta mereka mengefektifkan perjuangan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
Mahasiswa yang tidak puas dengan keputusan Soekarno memilih turun ke jalan untuk melakukan aksi protes dan menggagalkan acara pelantikan Kabinet Dwikora II.
Pada saat itu, mahasiswa Universitas Indonesia bernama Arief Rahman Hakim tewas setelah ia terkena peluru Pasukan Pengamanan Presiden Tjakrawibawa.
Soekarno menganggap, protes yang dilakukan mahasiswa merupakan upaya untuk melengserkan dirinya dari kursi presiden. Soekarno juga membentuk Barisan Soekarno saat aksi protes terjadi.
Pembentukan Barisan Soekarno direspons oleh Pimpinan Angkatan Darat ABRI yang menyatakan bahwa seluruh rakyat adalah Barisan Soekarno.
Karena alasan itulah, pimpinan Angkatan Darat merasa, tidak perlu pembentukan Barisan Soekarno secara fisik.
Pengangkatan Soeharto
ABRI dan Front Pancasila yang mendukung Tritura ingin tiga tuntutan ini menjadi jalan untuk penyelesaian politik.
Front Pancasila lalu diundang Soekarno untuk bertemu wakil-wakil partai, NU, PSII, IPKI, Perti, Partai Katolik, Parkindo, PNI-Asu, Partindo, dan Muhammadiyah pada 10 Maret 1966.
Namun, pertemuan mereka tidak membuahkan hasil karena tidak dipenuhinya tuntutan untuk membubarkan PKI.
Soekarno sempat mengundang menteri Kabinet Dwikora II untuk menggelar sidang terakhir pada 11 Maret 1966. Menteri Kabinet Dwikora II berkumpul di Istana Kepresidenan sejak 10 Maret 1966 pada sore hari lalu menginap di guest house.
Soekarno memimpin langsung jalannya sidang kabinet dan dihadiri oleh Soebandrio, Leimena, dan Chairul Saleh, terkecuali Menteri Panglima Angkatan Darat Mayjen Soeharto.
Pada saat itu, Soekarno tidak membahas penyelesaian Gerakan 30 September 1965 hingga tuntas karena ada informasi mengenai keamanan presiden.
Soekarno kemudian menerbitkan Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) yang memberikan mandat kepada Soeharto agar mengendalikan kondisi keamanan.
BACA JUGA: Kabinet Gemuk Prabowo, RI Jadi Negara dengan Menteri Terbanyak di Asean
MPRS lalu mengangkat Soeharto sebagai presiden dan memberhentikan Soekarno pada Maret 1967. Kabinet Dwikora II berakhir setelah kursi presiden diduduki Soeharto yang menandai dimulainya era Orde Baru.
Soeharto mengganti Kabinet Dwikora dengan Ampera I dan II. Anggota Kabinet Ampera I sebanyak 31 orang dan Ampera II sebanyak 24 orang.
(Kaje/Budis)