BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Siapa bilang makanan tradisional pisang kalah saing dengan camilan kekinian? Di Dusun Desakolot, Desa Kertaharja, Kecamatan Cijeungjing, Kabupaten Ciamis, ada sosok inspiratif bernama Iis Holisoh yang membuktikan bahwa rasa autentik dan proses tradisional masih punya tempat istimewa di hati masyarakat.
Sejak (9/8/2014) lalu, Iis mengembangkan usaha sale basah dengan merek BNAN, yang kini sudah dikenal hingga ke sentra oleh-oleh di Bandung. Produk ini bukan sekadar camilan biasa. Di balik manisnya rasa dan teksturnya yang lembut, ada proses panjang dan telaten yang dijaga dengan sepenuh hati.
Mulai dari pemilihan pisang, semua dilakukan dengan sangat selektif. Hanya pisang yang matang sempurna, kulitnya mulus, dan kualitas terbaik yang lolos untuk diproses. Pisang tersebut difermentasi atau dipeuyeum selama kurang lebih 36 jam, lalu didinginkan selama dua hari untuk memunculkan aroma khas yang menggoda.
Seluruh proses selanjutnya dilakukan secara manual, dari pengupasan. Penjemuran bertahap di bawah sinar matahari, hingga proses pressing yang menjadikan teksturnya lentur dan manis alami. Uniknya, tidak ada tambahan pemanis buatan dalam produk ini. Semua rasa manis berasal dari gula alami dalam pisang yang terkaramelisasi secara alami saat dijemur.
BNAN menggunakan dua jenis pisang ambon lumut dan putih yang seluruhnya dipasok dari petani lokal. Pisang yang tidak memenuhi kriteria untuk dijadikan sale basah juga tidak dibuang begitu saja. Melainkan diolah menjadi produk lain seperti sale kering atau babangin, sehingga tak ada yang terbuang.
Baca Juga:
Bikin Kagum! Desa Mekarsari Panen Pisang Nangka untuk Bantu Bayar PBB Warganya
Polisi Ungkap Motif Pembunuhan Wanita Terlilit Lakban di Kamar Kos Ciamis
Makanan Oleh-Oleh
Saat ini, produk BNAN dipasarkan di beberapa titik strategis, termasuk pasar lokal Ciamis dan pusat oleh-oleh di rest area. Harga reseller pun cukup terjangkau, hanya Rp10.000 untuk kemasan 150 gram. Kualitas yang ditawarkan benar-benar sebanding dengan harga.
Meski produk BNAN belum masuk ke e-commerce seperti Shopee, Iis punya alasan kuat. Proses produksinya masih sangat tergantung pada cuaca karena penjemuran masih mengandalkan sinar matahari. Namun, harapan ke depan, dengan adanya alat pengering seperti oven, produksi bisa lebih stabil dan konsisten, serta memperluas jangkauan pasar digital.
Usaha BNAN telah mendapatkan dukungan dari pemerintah daerah dan provinsi, mulai dari pelatihan, bantuan alat seperti mesin vakum, hingga sertifikasi resmi seperti PIRT, sertifikat halal, dan NIB. Legalitas usaha ini pun sudah lengkap, menjadikan BNAN semakin kredibel di mata konsumen dan mitra dagang.
Nama BNAN sendiri ternyata mengandung filosofi keluarga. Nama itu merupakan akronim dari Buah karya keluarga, Neng Iis Holisoh sebagai pemilik, Aun sang suami, dan Neni Fauziah sang anak. Maknanya sederhana namun penuh kebanggaan: ini adalah bisnis keluarga yang dibangun bersama dari nol.
Meski tantangan seperti pembayaran yang tertunda hingga tiga bulan masih menghantui, semangat Iis tak pernah surut. Ia tetap fokus menjaga kualitas dan melayani pelanggan dengan sepenuh hati. Bahkan, banyak pelanggan baru seperti Nadia, yang penasaran mencicipi sale basah untuk pertama kalinya dan langsung jatuh hati karena rasanya yang manis alami dan unik.
(Hafidah Rismayanti/Budis)