Ronggeng Ketuk, Kesenian Khas Indramayu di Ambang Kepunahan

Penulis: Aak

Ronggeng Ketuk Indramayu
Ronggeng Ketuk Indramayu (Instagram @igun_gunawan69)
[galeri_foto] [youtube_embed]

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Ronggeng Ketuk merupakan seni tari tradisional yang berkembang di Indramayu, Jawa Barat, yang berada di ambang kepunahan.

Tari ronggeng ketuk merupakan tarian yang ditampilkan berpasangan dan sejenis dengan tarian ketuk tilu khas Jawa Barat.

Mengutip laman ISI Yogyakarta, ronggeng ketuk adalah tarian yang dikembangkan oleh masyarakat desa Lelea, Indramayu. Tarian ini merupakan salah satu dari rangkaian tradisi dari upacara ngarot.

Upacara ngarot merupakan sebuah acara tahunan yang diadakan pada musim penghujan datang yakni antara bulan Oktober-November.

Ronggeng ketuk memiliki arti yaitu, ronggeng adalah seorang penari yang bisa menyanyi, sedangkan ketuk sendiri merupakan kaitan dari nama salah satu instrument yang mengiringi tarian tersebut atau biasa disebut cemplon.

Upacara Ngarot

Mengkutip dari Ejurnal, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon, Nurfadilah dalam penelitian yang berjudul “Eksistensi Kesenian Tari Ronggeng Ketuk Dalam Upacara Adat Ngarot di Desa Lelea Kecamatan Lelea Kabupaten Indramayu”, upacara ngarot adalah upacara adat khas Indramayu yang dilaksanakan oleh masyarakat petani.

Ngarot sendiri merupakan kata yang berasal dari bahasa sansekerta yang artinya membersihkan diri dari segala noda dan dosa akibat dari kesalahan perilaku atau kesalahan masa lalu.

Ronggeng Ketuk Indramayu memiliki arti dalam upacara ngarot, yaitu ketika tarian ini dimainkan masyarakat dengan harapan membawa kesuburan.

Dalam upacara ini masyarakat mengajak para pemuda juga untuk berperan aktif dalam memajukan pertanian.

Selain ronggeng ketuk dalam upacara ngarok juga memiliki acara arak-arakan, kegiatan ini dimulai dari alun-alun desa lalu berjalan sepanjang jalan desa dan kembali lagi ke alun-alun desa.

Prosesi seserahan juga dilakukan dalam tradisi ini, dimana penyerahan benih padi oleh kepala desa kepada laki-laki bujang. Sedangkan penyerahan kendi yang berisi air putih diberikan oleh isti kepala desa kepada perempuan.

Pada penghujung acara, masyarakat melakukan pesta pertunjukan yang diisi dengan pertunjukan tari ronggeng ketuk.

BACA JUGA

Ronggeng Gunung Pangandaran: Dari Ritual Sakral Menjadi Seni Pertunjukan yang Memikat

Festival Seni Budaya Tanimbar di Lamdesar Timur

Eksistensi Ronggeng Ketuk

Ronggeng ketuk sekarang menghadapi banyaknya tantangan dalam pelestariannta, hal tersebut di dasari dengan beberapa faktor meliputi :

1. Perubahan Selera Masyarakat

Seiring dengan perubahan zaman, generasi muda saat ini cenderung lebih tertatik pada hiburan modern seperti musik dangdut dan organ tuggal.

2. Minimnya Regenerasi Seniman

Generasi muda saat ini cenderung kurang berminat dalam mempelejari dan melestarikan seni tradisional yang mengakibatkan kurangnya penerus dalam mempertahankan suatu budaya.

3. Kurangnya Dukungan Pemerintah dan Masyarakat

Minimnya perhatian dan dukungan dari pemerintah serta masyarakat dalam bentuk pendanaan, promosi hingga fasilitas ruang pertunjukan. Hal tersebut dapat menghambat perkembangan dan pelestarian sebuah budaya.

4. Persaingan dengan Hiburan Modern

Masyarakat lebih meminati pertunjukan pertunjukan yang bersifat modern seperti dangdut dan tari-tari modern. Ditambah dengan banyak masuknya budaya asing yang bermacam-macam dan dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat.

Dengan hal itu kita juga perlu memikirkan agar sebuah budaya atau tradisi tetap bisa terjaga dan dilestaratika, berikut upaya yang bida dilakukan dalam mencegah punahnya suatu budaya :

1. Mengadakan pelatihan atau workshop seni tradisional.
2. Memanfaatkan media sosial untuk mengenalkan sebuah budaya atau tradisi tradisional.
3. Mengemas pertunjukan lebih modern tanpa menghilangkan nilai serta konsep dari budaya tersebut.
4. Meninggkatkan promosi melalui media, acara budaya dan pariwisata.
5. Memanfaatkan teknoligi dan media digital dengan membuat konten edukasi tentang seni tradisional.

Hal-hal tersebut dapat dilakukan oleh siapapun terutama generasi muda demi dapat terus menjaga seni dan budaya tradisional kita.

 

(Aak)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Job Fair 2025
Bandung Barat Buka Job Fair 2025, Netizen Ramai Berkomentar
Pemilik Toko Sembako Bekasi
Terbakar Emosi, Pemuda di Bekasi Habisi Pemilik Toko Sembako Lalu Curi Uang Rp84 Juta
Diskon Tiket Pelni
Pelni Beri Diskon Tiket Kapal Laut 50 Persen, Bisa Dibeli Mulai 5 Juni
Patroli Jam Malam Pelajar Depok - Dok Berita Depok
Lokasi-lokasi Sasaran Patroli Jam Malam Pelajar di Depok
Sri Mulyani Hapus Uang Saku dan Paket Data Kegiatan Rapat ASN Mulai 2026
Sri Mulyani Hapus Uang Saku dan Paket Data Kegiatan Rapat ASN Mulai 2026
Berita Lainnya

1

Mahasiswa UNIBI Antusias Ikuti Creative Workshop JNE dan Siap Berkarya di JNE Content Competition: Inspirasi Tanpa Batas

2

Suasana Asri di Pesawahan Kaki Gunung Malabar

3

Greenpeace Sebut Tambang Nikel Ancam Laut Raja Ampat, Begini Respon Bahlil

4

Farhan Ingatkan Warga Potong Hewan Kurban di RPH Agar Sesuai Syariat

5

6 Kasus Covid-19 Terdeteksi di Jabar, Masyarakat Diimbau Waspada
Headline
Stella Christie
Stella Christie Prediksi Persentase Peluang Timnas Indonesia Lolos ke Piala Dunia 2026
Macan Tutul Mati di Garut
Macan Tutul Jawa Langka Ditemukan Mati Terjerat di Garut
Korban pencabulan guru ngaji garut
Polres Garut Buka Posko Pengaduan Korban Pencabulan Guru Ngaji, Hubungi Nomor Ini!
pencarian korban longsor cirebon
Pencarian Hari Keenam: 4 Korban Longsor Cirebon Belum Ditemukan, Tim Pencari Dihantui Longsor Susulan

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.