BANDUNG,TM.ID: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, setelah terdampak konflik atau perang antara Rusia dan Ukraina, kinerja ekspor-impor Indonesia akan dihadapkan pada dampak rembetan perang Hamas dan Israel di wilayah Gaza, Palestina.
“Berbagai tantangan perang di Ukraina dan Rusia, perang di Timur Tengah antara Israel dan Palestina, nah ini tentu menambah deretan tantangan ke depan termasuk musim kering berkelanjutan, El Nino yang sangat berpengaruh terhadap ketersediaan pangan di dunia,” kata dia Airlangga dalam acara Opening Ceremony Trade Expo Indonesia 2023 di ICE BSD Melansir laman resmi ekon.go.id, Rabu (18/10/2023).
BACA JUGA : Meneropong Ekonomi Israel dan Palestina Usai Genderang Perang Dimulai
Lebih lanjut Airlangga mengatakan, Pemerintah Indonesia bersiap menghadapi tekanan neraca perdagangan ke depan. Kinerja ekspor dan impor pemerintah perkirakan akan terdampak tantangan konflik di sejumlah negara dan efek panas ekstrem dan kekeringan berkepanjangan akibat fenomena El-Nino.
Menurutnya, Tekanan yang akan dihadapi perekonomian, khususnya dari sisi neraca perdagangan ini akan makin memburuk juga akibat efek penguatan dolar Amerika Serikat yang terjadi beberapa waktu terakhir. Dipengaruhi arah kebijakan moneter ketat bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed).
“Ditambah lagi dengan penguatan US dollar terhadap berbagai macam mata yang di dunia, termasuk Indonesia,” tegas Airlangga.
Impor Indonesia pada September 2023 mengalami penurunan tajam sebesar 12,45% menjadi US$ 17,34 miliar. Penurunan ini dipicu oleh penurunan nilai impor nonmigas.
Impor nonmigas September 2023 turun 14,46% dibandingkan September 2022. Sementara itu, dari sisi nonmigas, impor bahan baku dan barang modal Indonesia mengalami penurunan yang dalam pada September 2023.
Dari catatan BPS, secara tahunan, bahan baku turun terdalam sebesar 14,83% (year on year/yoy) menjadi US$ 12 miliar. Sementara itu, barang modal turun 10,01% (yoy) menjadi US$ 1,67 miliar.
Dengan demikian, impor secara kumulatif, Januari-September 2023 juga turun 8,34% menjadi US$ 138,76 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 148,44 miliar.
Penurunan tidak hanya terjadi di impor, ekspor Indonesia juga mengalami penurunan. Ekspor September 2023 tercatat sebesar US$ 20,76 miliar, mengalami kontraksi 16,17% (yoy) dari basis angka yang tinggi (high base) tahun lalu, utamanya pada sektor industri dan pertambangan. Secara kumulatif, ekspor periode Januari – September 2023 mencapai US$ 192,27 miliar.
Kendati begitu, neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus sebesar US$ 3,42 miliar pada bulan September 2023, atau merupakan surplus selama 41 bulan berturut-turut. Secara kumulatif Januari – September 2023, surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 27,75 miliar.
(Usamah)