BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Persib Bandung akhirnya mewujudkan keinginan Bobotoh dengan menghapus sementara mekanisme penukaran tiket di laga kandang Persib. Hal ini disampaikan langsung oleh Deputy CEO PT Persib Bandung Bermartabat (PBB), Adhitia Putra Herawan.
Ia mengungkapkan respons ini selaras dengan keinginan klub yang sedang berusaha meniadakan mekanisme penukaran tiket elektronik ke tiket fisik. Rencananya pada laga kandang kontra Borneo FC pada Minggu, 31 Agustus mendatang.
“Pada dasarnya dari manajemen juga inginnya tidak pernah ada penukaran tiket. Tapi yang mesti dipahami oleh Bobotoh, penukaran tiket ini sebenarnya untuk keamanan. Sehingga kebutuhan dan permintaannya datang dari pihak pengamanan, bukan dari kami. Alasan pengamanan inilah sehingga kita membutuhkan penukaran tiket,”
“Yang paling harus dipahami oleh Bobotoh, kenyamanan dan keamanan itu pasti bertolak belakang. Semakin aman, pasti semakin tidak nyaman. Nah, sekarang manajemen sedang berpikir untuk mencari jalan tengah: bagaimana supaya tetap aman, tapi juga nyaman, termasuk terkait penukaran tiket,” ujar Adhitia.
Baca Juga:
Usai Persib Tumbang dari Persijap, Farhan: Jangan Over Confident!
Carlos Franca Soroti Peran Suporter di Balik Kemenangan Persijap Atas Persib
Lanjut Adhitia, Persib sebenarnya sudah berusaha mengubah mekanisme penukaran tersebut sejak lama. Setelah berusaha berkomunikasi lebih lanjut, akhirnya Persib mendapat lampu hijau untuk meniadakan penukaran tiket di beberapa tribun saja.
“Sekarang yang sedang kami dorong adalah mencoba penukaran tiket di beberapa tribun dulu. Salah satunya di tribun barat. Kenapa tribun barat? Karena jumlah kursinya paling sedikit. Jadi bukan soal timur, utara, selatan, atau barat, tapi dari sisi mekanisme bertahap. Kalau ada apa-apa, di tribun barat paling mudah dimitigasi,” jelasnya.
Kata Adhitia, secara teknis Persib bisa saja membangun teknologi face recognition di Stadion Gelora Bandung Lautan Api. Namun hal itu tak bisa terwujud dalam waktu dekat. Pasalnya, teknologi ini memerlukan persiapan yang sangat panjang.
“Secara teknis sangat mungkin. Tapi membangun face recognition itu harus mengelilingi satu gate. Satu gerbang GBLA itu panjangnya 1,2 kilometer. Bisa dibayangkan berapa banyak yang harus disiapkan. Gate-nya pun harus diganti dulu, tidak bisa hanya dimodifikasi sederhana. Jadi kami memang mau ke arah sana, tapi step by step. Yang terdekat apa dulu, baru long term ke sana. Kalau musim ini diterapkan, rasanya terlalu over confident,” tutup Adhitia. (RF/_Usk)