BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Pemerintah sedang mempertimbangkan untuk menambah impor minyak dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) dari Amerika Serikat. Langkah ini diambil setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) terhadap Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. “Ini (minyak dan LPG) yang sedang kami kaji untuk kemudian dijadikan salah satu komoditas yang kita beli dari Amerika Serikat,” ucap Bahlil saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (09/04), seperti dikutip dari Antara.
Ia menyampaikan bahwa rencana untuk meningkatkan impor minyak dan LPG dari Amerika sebagai langkah untuk menyetarakan neraca dagang antara Indonesia dengan Amerika Serikat.
Bahlil mengatakan, saat ini neraca perdagangan Indonesia terhadap amerika serikat surplus 14-15 miliar dolar, atau sekitar Rp237,06 triliun–Rp253,99 triliun.
Presiden Prabwo Subianto telah memberikan instruksi untuk mengurangi kesenjangan tersebut dan melihat potensi yang bisa dibeli dari Amerika Serikat, khususnya di sektor Energi.
Selain itu, Keputusan impor ini menjadi bentuk negosiasi Indonesia merespon tarif resiprokal terhadap Indonesia yang ditetapkan Trump sebesar 32%. Untuk itu, pemerintah sedang mengkaji meliputi nilai keekonomian dari penambahan volume impor minyak dan LPG dari Amerika serikat.
Saat ini, Bahlil mengatakan bahwa 54% dari total Impor LPG Indonesia berasal dari Amerika Serikat. Menurutnya, nilai keekonomian impor LPG dari Amerika Serikat sama dengan impor dari negara Timur Tengah.
“Contoh, LPG belinya dari Amerika. Logikanya kan harusnya lebih mahal karena transportasinya. Tapi buktinya harga LPG dari Amerika sama, dengan kita beli dari Middle East,” kata Bahlil.
BACA JUGA:
Agen Nakal Minggir, Pemerintah Atur Pengawasan LPG Subsidi, Sanksi Cabut Izin Disiapkan
Sementara untuk minyak, Bahlil menyampaikan akan menggenjot impor dari amerika serikat. Saat ini impor minyak dari Amerika baru sekitar 4%, dan sisa nya diimpor dari Singapura, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin.
“Kita tahu bahwa impor minyak kita cukup besar. Kami lagi meng-exercise untuk kemudian dijadikan salah satu komoditas yang bisa kita beli di Amerika,” ujarnya.
Meskipun akan mengimpor minyak dari amerika serikat, ia mengatakan bahwa impor tersebut bukan berarti menghentikan impor dari negara lain. “Ya tidak disetop juga. Volumenya yang mungkin dikurangi,” tegas Bahlil.
Namun, dalam memperhitungkan skala bisnis ini, bahlil memastikan akan dipertimbangkan dengan baik agar Masyarakat penerima LPG dan Minyak dapat mendapatkan harga yang kompetitif.
(Raidi/Aak)