BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Aksi unjuk rasa di depan Gedung DPRD Jawa Barat, Senin (1/9/2025) malam, berujung ricuh. Puluhan pendemo harus mendapat perawatan medis setelah aparat kepolisian membubarkan massa dengan gas air mata.
Ambulans hilir mudik membawa peserta aksi ke Kampus Universitas Islam Bandung (Unisba) yang dijadikan posko medis darurat.
Hingga pukul 19.43 WIB, tercatat ada 48 orang yang ditangani. Mereka mengalami berbagai keluhan, mulai dari sesak napas, luka-luka, hingga iritasi mata.
“Penanganan tetap dilakukan sesuai prosedur standar hanya saja, kali ini jumlah tenaga medis lebih banyak karena mendapat bantuan dari kampus lain dan Dinas Kesehatan Kota Bandung,” kata Wakil Rektor III Unisba, Amrullah Hayatudin, Senin (1/9/2025) malam.
Petugas medis menangani pasien dengan sistem triase menggunakan kategori merah, kuning, dan hijau. Sejumlah korban juga mendapat perawatan menggunakan ice bag untuk mengurangi efek gas air mata.
Hingga pukul 19.30 WIB, belum ada pasien yang dirujuk ke rumah sakit. Namun, Amrullah memastikan, jika kondisi pasien memburuk, pihaknya akan segera berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung sesuai arahan Wali Kota.
Sementara itu, Dr. Doni, salah satu tim medis Unisba, mengatakan keberadaan posko ini berangkat dari pertimbangan kemanusiaan.
Lokasi kampus yang berdekatan dengan area demonstrasi membuat Unisba kerap menjadi titik terdekat untuk penanganan awal korban aksi.
“Posko ini bukan IGD, tapi lebih sebagai tempat transit sementara untuk penanganan awal. Kalau ada kondisi berat, tetap akan dirujuk ke fasilitas kesehatan resmi,” ujar Doni.
Para korban yang masuk ke posko medis mengalami berbagai keluhan, mulai dari sesak napas akibat gas air mata, luka benturan, terjatuh, hingga robekan ringan.
“Sebagian besar karena paparan gas air mata yang menimbulkan iritasi pada mata dan saluran pernapasan,” jelas Doni.
BACA JUGA
Ricuh Demo di DPRD Jabar, Massa Dibubarkan Paksa Gas Air Mata Ditembakkan!
Gedung DPRD Dibakar Pendemo, Bupati Cirebon Pusing Cari Anggaran Perbaikan
Penanganan medis di Unisba tidak hanya dilakukan oleh tenaga kesehatan internal kampus, tetapi juga mendapat dukungan dari sejumlah pihak eksternal.emo
“Ada bantuan dari Dinas Kesehatan Kota Bandung, termasuk ambulans dan tenaga medis. Selain itu, LLDikti juga mengarahkan relawan medis untuk bergabung di sini,” ungkapnya.
Meski bukan fasilitas resmi darurat, posko ini tetap disiapkan dengan sistem triase.
“Kami buka sampai sekitar pukul 21.00 WIB, tetapi bisa ditutup lebih cepat bila kondisi di lapangan sudah kondusif,” pungkasnya.
(Rizky Iman/Aak)