BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Para guru dan tenaga pengajar di Indonesia dituntut untuk terus meningkatkan kompetensi dan literasi digital agar mampu menghadapi tantangan global akibat pesatnya perkembangan teknologi digital.
Pasalnya, perkembangan teknologi digital yang begitu pesat menghadirkan tantangan baru bagi para guru dan tenaga pengajar di Indonesia, terutama setelah lahirnya teknologi kecerdasan buatan (AI).
Idham Fitriyadi, CEO B One Corporation, perusahaan Teknologi Informasi yang telah berkiprah sejak 2009, mengatakan AI atau kecerdasan buatan, telah mengubah banyak aspek kehidupan, tidak terkecuali pendidikan.
Dalam bidang pendidikan, AI menawarkan potensi besar untuk merevolusi cara belajar dan mengajar konvensional yang saat ini masih banyak diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia.
Peningkatan literasi digital bagi guru tidak hanya mencakup kemampuan penggunaan perangkat teknologi, tetapi juga pemahaman akan etika digital, keamanan siber, dan pemanfaatan teknologi untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif.
“Oleh karena itu, dalam rangka memperkuat ekosistem pendidikan Indonesia, kami memperkenalkan SparkGen : Skill For Innovation-AI for Indonesia dengan tagline Empowering the Next Generation,” ujar Idham saat launching SparkGen di Hotel Horison Bandung, Selasa (25/2/2025).
Dijelaskan Idham, program yang bekerjasama dengan Intel Indonesia ini mengintegrasikan program Intel SFI (Skill For Innovation) dan teknologi kecerdasan buatan (AI) dalam proses belajar mengajar di lembaga pendidikan mulai dari SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA/SMK hingga Perguruan Tinggi.
“Tujuan utamanya adalah untuk membantu lembaga-lembaga pendidikan mampu menghadapi tantangan global dan dalam rangka membentuk Generasi Emas Indonesia 2045,” ungkap Idham di hadapan ratusan kepala sekolah di Jawa Barat.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa program SparkGen ini menjadi wujud komitmen B One Corporation dan Intel Indonesia untuk mendukung transformasi digital di sektor pendidikan.
“Dengan kata lain, SparkGen ini adalah program inovatif yang mengintegrasikan teknologi dalam pendidikan untuk membekali guru dan siswa dengan keterampilan abad ke-21,” tambahnya.
BACA JUGA
KCD Pendidikan Wilayah VI Jabar Larang Study Tour, Kecuali Kunjungan Industri SMK
Daftar Harga Bahan Pokok Jelang Ramadhan 2025 di Kabupaten Bandung: Cabe Rawit Paling Parah
Program ini, kata Idham, berupaya memacu terciptanya ekosistem belajar yang inovatif dengan memanfaatkan kerangka Intel SFI.
Tujuannya adalah meningkatkan kompetensi teknologi, mendorong kolaborasi lintas disiplin ilmu dan mencetak lulusan yang siap bersaing di era digital.
“Namun sebelum program ini diterapkan, kuncinya kompetensi dan literasi digital para guru dan dosennya juga harus ditingkatkan. Mereka harus mengadaopsi AI sebagai bagian integral dari pembelajaran,” tutur Idham.
Sebab dengan kemampuan literasi digital yang mumpuni, guru dan tenaga pendidik dapat memanfaatkan berbagai platform dan aplikasi pembelajaran daring, serta menciptakan konten pembelajaran yang interaktif dan menarik.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa AI bukanlah pengganti guru. Guru tetap memegang peranan penting dalam membimbing, memotivasi, dan membangun hubungan dengan siswa.
AI hanyalah alat bantu yang dapat membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran melalui kurikulum berbasis teknologi dan pelatihan profesional.
Program ini mendorong kreativitas, pemecahan masalah, dan pola pikir adaptif, serta mempersiapkan generasi masa depan untuk sukses di era digital.
“Dengan bantuan teknologi AI dalam pendidikan, kami berharap dapat memperkaya metode pembelajaran dan mempersiapkan tenaga pendidik serta siswa dalam menghadapi perkembangan teknologi digital yang begitu pesat,” ujarnya.
(Aak)