BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Pemerintah Indonesia berencana mengimpor mineral Litium dari Australia untuk kebutuhan produksi pabrik baterai kendaraan listrik atau EV di Karawang.
Indonesia saat ini belum memiliki cadangan lithium yang merupakan salah satu bahan produksi baterai listrik.
“Bahan baterai itu terdiri dari nikel, mangan, kobalt, dan litium. Indonesia yang tidak punya hanya litium saja,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia, dalam peresmian industri ekosistem baterai EV terintegrasi, Karawang, Jawa Barat Minggu, (29/6).
Direktur Utama IBC Toto Nugroho mengatakan, ada dua negara yang menurutnya memiliki sumber daya litiium.
“Litium itu sekarang ada banyak dari Australia dan Amerika Selatan. Impor kemungkinan dari Australia,” kata Toto mengutip katadata.
Baca Juga:
Minus Lithium dan Grafit, Indonesia Belum Mandiri Produksi Baterai Listrik
Peneliti Korea Kembangkan Baterai Lithium Metal dengan Sistem Pemadam Api Otomatis
Menurutnya, impor litium bukanlah masalah karena komposisi mineral tersebut hanya 7% dari sel baterai EV. Selain itu, Indonesia juga sebetulnya memiliki potensi kandungan litium dari proses geotermal.
“Sedang dilihat di geothermal itu ada litiumnya. Cuma seberapa jauh kita bisa ekstrak,” ujarnya.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan sejumlah lokasi di Grobogan, Jawa Tengah berpotensi mengandung litium dan boron. Hal ini didasarkan penelitian yang dilakukan kementerian tersebut.
Pada 2023, Tim Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Kementerian ESDM bersama Eramet melakukan kunjungan ke Grobogan Jawa Tengah. (_usamah kustiawan)