BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Keracunan makanan adalah kondisi yang terjadi ketika seseorang mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman berbahaya seperti bakteri, virus, jamur, atau parasit.
Penyebab umum dari keracunan makanan biasanya berasal dari makanan basi, proses pengolahan yang tidak higienis, atau penyimpanan makanan yang tidak tepat.
Beberapa jenis mikroorganisme yang paling sering jadi penyebab keracunan makanan meliputi:
-
Salmonella
-
Escherichia coli (E. coli)
-
Listeria
-
Campylobacter
-
Norovirus
Kontaminasi ini dapat terjadi pada berbagai tahap, mulai dari proses panen, penyimpanan, pengolahan, hingga penyajian makanan.
Gejala Umum Keracunan Makanan
Gejala keracunan makanan biasanya muncul dalam waktu 12 hingga 72 jam setelah konsumsi makanan terkontaminasi.
Namun, waktu kemunculannya dapat bervariasi tergantung pada jenis kuman yang masuk ke dalam tubuh. Berikut, beberapa gejala yang paling umum terjadi:
-
Mual dan muntah
-
Diare, yang dapat disertai darah (terutama pada infeksi EHEC atau Campylobacter)
-
Kram dan nyeri perut
-
Sakit kepala
-
Demam ringan hingga tinggi
-
Dehidrasi, yang ditandai dengan mulut kering, haus berlebihan, dan urine berwarna gelap
Langkah Pertolongan Pertama
Sebelum penderita dibawa ke fasilitas medis, terdapat beberapa tindakan pertolongan pertama keracunan makanan yang dapat membantu meringankan gejala dan mencegah kondisi semakin parah.
1. Penuhi Kebutuhan Cairan Tubuh
Diare dan muntah menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan dalam waktu singkat. Untuk mengatasi risiko dehidrasi, penderita perlu:
-
Minum air putih secara berkala
-
Konsumsi larutan oralit atau cairan elektrolit
-
Hindari minuman berkafein, bersoda, atau alkohol
Memenuhi cairan tubuh membantu membuang racun dari saluran pencernaan dan mempercepat proses penyembuhan.
2. Jaga Posisi Tubuh Saat Muntah
Pertolongan pertama keracunan makanan berikutnya adalah jangan biarkan penderita berbaring ketika muntah. Posisi yang tepat adalah duduk tegak atau setengah duduk, dengan kepala sedikit menunduk ke depan. Hal ini mencegah:
-
Makanan atau muntahan masuk ke saluran pernapasan
-
Risiko tersedak dan infeksi paru-paru
Posisi tubuh yang benar sangat krusial dalam mencegah komplikasi lanjutan.
3. Pilih Makanan yang Aman
Setelah muntah dan diare mulai mereda, penderita sebaiknya mengonsumsi makanan ringan seperti:
-
Pisang
-
Kentang rebus
-
Madu
Hindari makanan berminyak, berlemak tinggi, pedas, dan produk susu, karena bisa memperparah iritasi pada sistem pencernaan.
4. Minum Air Rebusan Jahe
Pertolongan pertama keracunan masal berikutnya adalah minum air rebusan jahe. Jahe memiliki sifat anti-inflamasi dan antimikroba yang bisa membantu mengurangi:
-
Mual
-
Nyeri perut
-
Rasa tidak nyaman di saluran pencernaan
Minumlah air jahe hangat secara perlahan untuk membantu mempercepat proses pemulihan.
5. Hindari Obat Tanpa Resep Dokter
Diare dan muntah merupakan mekanisme alami tubuh dalam mengeluarkan racun. Pemberian obat antidiare tanpa pengawasan medis dapat menyebabkan racun tetap berada di dalam tubuh lebih lama dan memperburuk kondisi. Jangan konsumsi:
-
Obat antidiare
-
Antibiotik tanpa resep
Biarkan tubuh menyelesaikan proses detoksifikasi secara alami kecuali jika ada anjuran langsung dari dokter.
6. Beristirahat dengan Cukup
Tubuh membutuhkan waktu dan energi untuk memulihkan diri dari keracunan makanan. Pastikan penderita:
-
Beristirahat di ruangan yang nyaman dan tenang
-
Menghindari aktivitas berat
-
Tidak memaksakan diri untuk makan atau minum dalam jumlah besar
Tidur yang cukup dan kualitas istirahat yang baik mempercepat pemulihan sistem imun.
BACA JUGA:
7. Segera Periksa ke Dokter Bila Gejala Memburuk
Jika gejala tidak membaik dalam waktu 1–2 hari, atau justru semakin parah, segera cari bantuan medis. Tanda-tanda kondisi serius meliputi:
-
Muntah terus-menerus
-
Muntah darah atau BAB berdarah
-
Demam tinggi dan kram perut parah
-
Gejala dehidrasi berat: kulit kering, mata cekung, lemas, tidak buang air kecil
-
Gangguan saraf: kesemutan, pandangan kabur, sulit berbicara
Penanganan dari dokter bisa meliputi pemberian infus, antibiotik, atau pengawasan rawat inap jika diperlukan.
(Kaje)