Perbedaan Sindrom Stockholm dan Trauma Bonding

Penulis: Anisa

Sindrom Stockholm
(Web)
[galeri_foto] [youtube_embed]

Bagikan

BANDUNG.TM Pada 23 Agustus tahun 1973, ada dua perampok bank Stockholm, Swedia menyandera 4 korban selama 131 jam. Setelah itu mereka dibebaskan dari segala ancaman dan kekerasan. Korbannya malah menunjukkan sikap suportif pada perampok.

Kemudian, Psikiatris, menyelidiki anomali tersebut pada korban. Lalu hal ini dikenal dengan sebutan Stockholm Syndrome. Sindrom ini merupakan kecenderungan seseorang untuk terikat dengan pelaku toxic relationship.

Awal Mula Hubungan Berbeda

Pelaku dan koban dari sindrom Stockholm ini tidak memiliki hubungan. Korban dengan perampok di kejadian Stockholm tersebut tidak saling mengenal. Saat itu korban dalam kondisi takut dan tersiksa. Sementara. trauma bonding sebelumnya sudah memiliki hubungan dengan pelaku. Kekerasan trauma bonding ini tersirat dan dikenalkan sedikit demi sedikit.

Perbedaan Situasi yang Membentuk

Korban dari Sindrom Stockholm ada di situasi antara hidup dan mati. Semua aspek hidupnya bergantung pada pelaku. Segala bentuk komunikasi dan infromasinya berasal dari satu sumber saja. Sementara trauma bonding hanya mengancam aspek kehidupan tertentu. Korban masih bisa memperoleh masukan dari orang lain.

Arah Manipulasi yang Tidak Sama

Manipuasi yang terjadi pada sindrom ini adalah keyakinan bahwa pelaku melakukan kejahatan karena terdesak. Hal tersebut yang menyebabkan korban merasa iba, sangat empati, dan percaya. Jika trauma bonding adalah di manipulasi sehingga korban menormalisasi adanya selingkuh, kekerasan, dan lainnya. Korban juga merasa perilaku buruk pelaku karena kesalahan dirinya.

Lalu Apa Sikap Akhirnya?

Korban dari Sindrom ini akan menaruh iba dan memiliki sifat positif pada pelaku. Hal tersebut merupakan sebuah akumulasi dari manipulasi yang pelaku berikan. Sementara, korban trauma bonding bisa saja mengabaikan atu memutus hubungan dengan pelaku.

Tapi ada keterkaitan yang menbuat korban ini ingin mendapat kasih sayang dan perhatian dari pelaku. Pasalnya Sindrom Stockholm dan trauma bonding mempunyai perilaku yang mirip yaitu menjadi cinta dengan orang yang membuat trauma. Tapi keduanya tidak bisa kita samakan. Semoga kita terhindar dari situasi seperti ini ya.

BACA JUGA: Dampak Child Abuse Pada Anak, Ngeri!

(Kaje)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Screenshot_20250626_235541_WhatsApp
Resmi Digelar, Festival Permainan Rakyat Jawa Barat Berlangsung Meriah
Fetty Anggrainidini
Fetty Anggrainidini: Tata Kelola Anggaran Daerah Harus Transparan dan Berpihak pada Kepentingan Publik
Pajak Toko Online
Pemerintah Susun Aturan Baru, Toko Online di Shopee hingga Tokopedia akan Kena Pajak
Ketua RT melakukan pencabulan
Ngeri! Ketua RT di Tasikmalaya Cabuli Anak di Bawah Umur
mitsubishi xpander ultimate 2025
Mitsubishi Xpander Ultimate 2025 Meluncur, Adopsi Fitur Keselamatan Baru!
Berita Lainnya

1

Ida Fauziyah: PKB Lahir dari Rahimnya NU

2

Telkom University Gelar Pelatihan Literasi Digital dan Etika AI bagi Remaja Kelurahan Tamansari Bandung

3

Dilema Bandara, Kemenhub Kaji Reaktivasi Husein, Bandung Desak Akses Udara Dipulihkan

4

Erwin Gaungkan Perang terhadap Bank Emok: UMKM Harus Naik Kelas, Bukan Terjerat Utang!

5

Setelah Diresmikan Persib, Alfeandra Dewangga Diminta Bobotoh Untuk Hitamkan Rambut
Headline
Manchester City
Link Live Streaming Juventus vs Manchester City Piala Dunia Antarklub 2025 Selain Yalla Shoot
Real Madrid
Link Live Streaming RB Salzburg vs Real Madrid Piala Dunia Antarklub 2025 Selain Yalla Shoot
aturan baru pendakian gunung rinjani
Imbas Kematian Juliana Marins, Pemprov NTB Siapkan Aturan Baru Pendakian Gunung Rinjani
Farhan Desak Reaktivasi Bandara Husein untuk Segera Dibuka!
Farhan Desak Reaktivasi Bandara Husein untuk Segera Dibuka!

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.