BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Guru besar Universitas Brawijaya (UB), Prof Sutiman Bambang Sumitro, soroti masalah pengangguran yang menimpa lulusan perguruan tinggi.
Ia mengungkapkan, banyak lulusan sarjana yang belum terserap ke dalam dunia kerja, sementara hasil riset dari akademisi tidak terintegrasi dengan kebutuhan industri.
“Permasalahan kita sekarang adalah banyaknya pengangguran di tingkat perguruan tinggi. Pengangguran tidak terjadi di lulusan SD, SMP, atau SMA, tetapi justru lebih banyak di perguruan tinggi,” ujar Prof Sutiman saat berbicara kepada wartawan, dikutip Rabu (8/1/2025).
Indonesia Belum Menjadi Negara Industri yang Sesungguhnya
Prof Sutiman menilai, situasi tersebut menunjukkan bahwa Indonesia belum mampu bertransformasi menjadi negara industri yang sesungguhnya. Ia menyoroti lemahnya hubungan antara perguruan tinggi dan industri dalam menciptakan sinergi yang produktif.
“Industri di Indonesia sebagian besar merupakan perpanjangan tangan dari pemegang lisensi luar negeri. Artinya, iklim kerja sama antara perguruan tinggi dan industri di dalam negeri masih belum kondusif,” tegasnya.
Sebagai perbandingan, ia menyebutkan langkah Tiongkok yang agresif mengejar Amerika Serikat dalam penguasaan teknologi dan pasar industri dunia. Menurut Prof Sutiman, hal tersebut hanya bisa dicapai melalui sinergi kerja yang kuat.
“Cina berusaha mengejar Amerika Serikat dengan mengembangkan teknologi, sains terapan, dan inovasi yang tidak dilakukan di belahan dunia lain. Sinergi kerja yang baik menjadi kunci keberhasilannya,” jelasnya.
Hasil Riset yang Tidak Terserap Industri
Selama lebih dari 40 tahun berkarier sebagai akademisi, Prof Sutiman mengaku menghadapi persoalan besar, yaitu tidak semua hasil riset yang telah dipatenkan berhasil dimanfaatkan oleh industri.
“Hasil riset hanya dipatenkan begitu saja, rasanya seperti ‘dipateni’ (dimatikan). Semua ide itu menumpuk tanpa implementasi,” keluhnya.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Prof Sutiman mengembangkan komunitas penelitian bernama Institut Molekul Indonesia. Komunitas ini bekerja sama dengan klub bernama Reverse Edging and Homeostasis yang berfokus pada perbaikan produktivitas individu dan kualitas hidup.
“Kami mengembangkan teknik bernama nano bubbles, yang mengandung gas-gas normal dalam tubuh manusia. Teknik ini bertujuan mengatasi masalah yang muncul akibat penuaan atau penyakit degeneratif,” ungkapnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2024, sebanyak 842.378 lulusan pendidikan tinggi, mulai dari sarjana hingga doktor, tercatat sebagai pengangguran. Angka ini menjadi tantangan besar yang membutuhkan perhatian serius dari berbagai pihak, termasuk pemerintah dan industri.
BACA JUGA: Pengangguran Lulusan SMK Tertinggi Gegara Biaya Kuliah Kemahalan
Terkait persoalan banyaknya pengangguran lulusan perguruan tinggi ini, harapannya pemerintah dapat memberikan solusi nyata, agar dunia pendidikan dapat terintegrasi dengan kebutuhan industri. Sehingga, dapat menciptakan sinergi yang lebih baik.
(Virdiya/Budis)