BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Film konser kini menjadi salah satu bentuk hiburan yang semakin diminati. Banyak orang rela merogoh kocek lebih dalam demi menyaksikan penampilan musisi favorit mereka, meski hanya melalui layar lebar.
Belakangan, tren film konser kembali marak di Indonesia. Para musisi memanfaatkan format ini untuk menyapa penggemar yang tidak sempat hadir secara langsung karena berbagai keterbatasan.
Film konser merupakan film yang menampilkan pertunjukan langsung dari musisi, baik penyanyi maupun band, atau bahkan pertunjukan komedi tunggal, yang direkam dan ditayangkan untuk penonton.
Dengan kemajuan teknologi sinematografi dan audio visual, film konser berkembang dari sekadar dokumentasi menjadi tontonan imersif yang dirancang sekelas film blockbuster. Format ini memungkinkan pertunjukan yang dulu hanya bisa dinikmati sebagian orang, kini menjangkau jutaan penonton di seluruh dunia.
Meningkatnya popularitas film konser tak lepas dari berbagai faktor. Pandemi COVID-19 mendorong musisi merilis film konser untuk tetap terhubung dengan penggemar. Sementara itu, budaya fandom yang kuat membuat pengalaman menonton di bioskop jadi ajang kebersamaan dan perayaan kolektif.
Tren ini bukanlah suatu hal yang baru, Pasalnya di tahun 1944 “Adventure Music” di amerika telah menjadi pioneer tren tersebut diikuti oleh “Jazz On Summer’s Day” yang rilis pada tahun 1959 yang diproduksi pada saat Festival Jazz Newport kelima.
Baca Juga:
Membedah Kritik Sosial dan Pesan Moral dalam Film Moriarty The Patriot
Bagi musisi, tren ini juga mendatangkan keuntungan signifikan. Pasalnya di tahun 2023, Taylor Swift: The Eras Tour berhasil mencetak sejarah film konser terlaris dunia. Bagaimana tidak, film konser mendapat keuntungan sebesar $149,3 juta.
Bukan hanya musisi Hollywood yang memanfaatkan format ini. Pasar musik Korea atau K-pop turut mendorong popularitas film konser, lewat rilisan dari BTS, Seventeen, hingga Blackpink yang sukses menarik jutaan penonton di berbagai negara.
Meski menawarkan pengalaman baru, film konser juga menuai beberapa kritik terkait harga tiket yang cenderung mahal jika dibandingkan dengan film reguler dan banyak penonton merasa pengalaman menonton konser di bioskop tak bisa menyamai energi mentah dari konser langsung.
Tren film konser mencerminkan bagaimana dunia hiburan terus beradaptasi dengan kebutuhan dan perilaku audiens. Di era di mana pengalaman adalah segalanya, film konser hadir sebagai medium alternatif yang menyatukan estetika sinema dan kekuatan pertunjukan musik, membuka masa depan baru dalam cara kita menikmati hiburan.
Penulis:
Ravly Kaeza Gumelar
Jurusan : Manajemen Bisnis Telekomunikasi Informatika(MBTI)
Universitas : Telkom University