JAKARTA ,TM.ID: Pakar Gestur dan mikroekspresi dari Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia, Monica Kumalasari, S.E., M.Psi menilai, Calon Presiden (Capres) Ganjar Pranowo seringkali menampilkan emosi contempt saat debat Pilpres, Minggu (06/01/2024).
“Ekspresi ini merupakan automatic response atau respon otomatis dari emosi merendahkan atau menganggap bahwa kedua pasangan calon lain lebih inferior,” kata Monica melansir Antara, Senin (07/01/2024).
Ia mengatakan, ekspresi itu diperlihatkan dengan pengetatan sudut bibir. Salah satu sudut bibirnya terangkat dan satunya melebar.
BACA JUGA: TKN Kutuk Kekerasan Oknum TNI ke Relawan Ganjar-Mahfud, Singgung Soal Netralitas
Ganjar tampak mengangkat ujung bibir saat Capres Prabowo Subianto berkata tentang komando TNI dan Polri akan tetap langsung di bawah presiden guna mempercepat reaksi dalam sesi debat akhir atau penyampaian pernyataan penutup.
“Angkat ujung bibir cepat banget pas Prabowo bilang Polri langsung di bawah presiden,” jelas Monica.
Selain itu, Monica juga berpendapat soal penampilan Ganjar dan Cawapres Mahfud MD yang mengenakan bomber jacket beserta tempelan emblem serta kacamata hitam menimbulkan reaksi visual masyarakat sebagai pesan non-verbal untuk menggambarkan mereka yang adaptif dan menyajikan kebaruan melalui penampilan berbeda dari debat sebelumnya.
Pesan lainnya yang ingin disampikan, yakni menjunjung tinggi Indonesia dengan keberagaman, yang dinilai secara konsisten ingin disampikan.
Ia menuturkan, sekitar 65 – 75 persen manusia memiliki kecenderungan untuk lebih mudah menangkap dan memahami pesan visual daripada pesan verbal. Visualiasasi, kata Monica, memberikan efek yang kuat dan cepat terhadap pemahaman serta retensi informasi oleh manusia.
Menurut Monica, gaya Ganjar dan Mahfud yang ditampilkan bertendensi pada Presiden Jokowi dalam membentuk persepsi publik. Ia kemudian bertanya-tanya, mengapa gaya itu tidak digunakan oleh paslon Prabowo-Gibran yang mendapatkan dukungan kuat dari Presiden Jokowi.
Sepanjang debat Pilpres, mantan Gubernur Jawa Tengah itu memamerka postur high power atau kekuatan tinggi, didukung ekspresi wajah, bahasa tubuh, intonasi dan nada suara yang sesuai dengan persepsi publik yang berpendapat dia unggul.
“Apakah penampilan tersebut berpengaruh terhadap performa keunggulan debat ketiga pasangan calon nomor urut 3? Tentu,” kata Monica.
(Saepul/Usk)