BANDUNG,TM.ID: Budidaya padi dengan teknologi Salibu diklaim dapat meningkatkan produksi sekaligus menjaga ketahanan pangan.
Demikian disampaikan Pj Gubernur Jabar, Bey Machmudin dalam kegiatan Panen Padi Gembira Salibu di Laboratorium Pokja Agraria Gerakan Pilihan Sunda, Kabupaten Bandung, Sabtu (13/1/2024).
Bey mengatakan bahwa teknologi salibu dapat meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga ketahanan pangan.
Pasalnya, teknologi salibu dapat membuat penanaman lebih efisien serta menambah jumlah panen dalam satu tahun. Hal itu tidak dapat dijangkau dengan model penanaman konvesional.
“Di mana dalam satu tahun bisa minimal lima kali panen bahkan bisa jadi tujuh kali panen,” terang Bey.
Bey menjelaskan, beberapa kelebihan lain dari budidaya padi berbasis teknologi ini adalah mengurangi biaya produksi, umur panen lebih cepat, dan hasil panen yang besar.
BACA JUGA: Mentan Amran Targetkan Produksi Padi dan Jagung usai El Nino
Untuk diketahui, Salibu adalah inovasi teknologi untuk memacu produktivitas atau peningkatan produksi.
Pada budidaya padi salibu ada beberapa faktor yang berpengaruh, seperti:
- Tinggi pemotongan batang sisa panen;
- Varietas;
- Kondisi air tanah setelah panen,
- Pemupukan.
Padi salibu merupakan tanaman padi yang tumbuh lagi setelah batang sisa panen ditebas atau dipangkas, di mana tunas akan muncul dari buku yang ada di dalam tanah.
Tunas ini akan mengeluarkan akar baru, sehingga suplay hara tidak lagi bergantung pada batang lama. Tunas ini bisa membelah atau bertunas lagi seperti padi tanaman pindah biasa.
Itulah yang membuat pertumbuhan dan produksi padi Salibu lebih tinggi dibandingkan tanaman pertama (ibunya).
Berikut beberapa keunggulan bertanam padi dengan teknologi Salibu:
1. Biaya Produksi Lebih Hemat
Biaya produksi padi akan jauh menurun sampai 40 persen, tetapi produksi meningkat, karena penghematan dalam pengolahan tanah, penanaman, dan penggunaan bibit.
Sebagai ilustrasi, apabila dalam setahun lima kali panen, di mana satu kali panen menghasilkan 7 ton, berarti lima kali panen bisa menghasilakn 35 ton.
“Kalau yang cara konvensional, paling banyak itu tiga kali dalam satu tahun panen dan satu kali panen paling lima sampai enam ton,” ujar Bey.
Cara tanam konvesional juga diperberat dengan biaya prduksi yang pastinya akan lebih mahal, karena setiap panen mesti ada proses lagi untuk penanaman dan sebagainya.
“Kalau ini (salibu) setelah panen, sudah tinggal ditanam saja,” katanya.
2. Umur penanaman Lebih Singkat
3. Kebutuhan Air Lebih Hemat
4. Kemurian Genetik Lebih Terpelihara.
Karena itu, Bey mendorong Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) untuk memperluas penerapan budi daya padi teknologi salibu, termasuk menyosialisasikannya kepada penyuluh.
Kata Bey, Pemda Provinsi Jabar melalui DTPH Jabar terus berupaya untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Budi daya padi teknologi salibu dapat menjadi salah satu upayanya.
“Nanti Bapak Kadis (DTPH) akan melakukan sosialisasi atau semacam pelatihan kepada penyuluh,” tutur Bey.