BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Obrog-obrog adalah tradisi unik yang hidup di tengah masyarakat Jawa Barat, khususnya di daerah Indramayu, Cirebon, Majalengka, dan Kuningan. Obrog-obrog merupakan bagian dari budaya lokal yang bertujuan untuk membangunkan warga saat sahur di bulan Ramadhan.
Dihimpun dari berbgai sumber, berikut adalah penjelasan mengenai sejarah, perkembangan, dan makna dari tradisi obrog-obrog:
Sejarah dan Asal Usul Obrog-obrog
1. Asal Nama “Obrog-obrog”
Nama “obrog-obrog” berasal dari bunyi khas yang dihasilkan oleh alat musik tradisional seperti rebana dan kentongan saat dimainkan. Tradisi ini sudah ada sejak tahun 1970-an dan dikenal dengan istilah ngehelar atau ngelar.
2. Tradisi Serupa di Kuningan
Di wilayah Kuningan, terdapat tradisi serupa yang disebut jidul atau senjring saur, yang telah ada sejak tahun 1826. Tradisi ini berfungsi sebagai hiburan sekaligus sarana membangunkan warga untuk sahur.
Pada masa penjajahan Jepang, tradisi ini sempat dilarang karena banyak warga yang harus mengikuti kerja paksa (romusa). Namun, tradisi ini kembali hidup pada tahun 1944.
3. Popularitas Obrog-obrog
Obrog-obrog mulai populer di Kuningan pada tahun 2000-an dengan penambahan alat musik yang lebih beragam dalam membangunan sahur di bulan puasa. Seiring berjalannya waktu, tradisi obrog-obrog mengalami beberapa perubahan, baik dalam alat musik maupun fungsinya.
Mulanya obrog-obrog menggunakan alat musik tradisional seperti kendang, bedug, rebana, dan kentongan. Namun kemudian alat musik modern mulai digunakan, seperti gitar, organ, tamborin, dan bahkan sound system yang ditempatkan di atas roda.
Kini, di beberapa daerah obrog-obrog dilengkapi dengan panggung mini yang didorong, lengkap dengan biduan yang menyanyikan lagu-lagu dangdut kontemporer, menyerupai grup organ tunggal.
Tradisi ini awalnya berfokus pada aspek keagamaan, yaitu membangunkan warga untuk sahur. Namun unsur hiburan dan ekonomi semakin dominan, misalnya adanya sawean (sumbangan sukarela) dan biaya untuk permintaan lagu.
BACA JUGA
Cek, Pilihan Minuman Saat Sahur Agar Tidak Cepat Haus!
Ramadan Nanti, Pemkot Bandung Bakal Larang Kegiatan Sahur On The Road
Makna dan Nilai dalam Tradisi Obrog-obrog
1. Nilai Kebersamaan
Tradisi obrog-obrog mencerminkan semangat kebersamaan dan gotong-royong di antara warga, terutama para pemuda yang terlibat dalam pelaksanaannya.
2. Nilai Religius
Meskipun mengalami modernisasi, esensi utama tradisi ini tetap berkaitan dengan ibadah puasa dan membangunkan warga untuk sahur.
3. Kreativitas dan Pelestarian Budaya
Perkembangan alat musik dan penambahan unsur hiburan menunjukkan kreativitas masyarakat dalam mempertahankan tradisi sambil mengikuti perkembangan zaman.
Obrog-obrog merupakan salah satu bentuk kekayaan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi muda.
(Magang UKRI – Andari/Aak))