BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Di puncak popularitas Britpop tahun 1995, persaingan antara Oasis dan Blur tak hanya menciptakan dua kutub selera musik, tetapi juga melahirkan narasi pembelahan anak muda Inggris berdasarkan kelas sosial. Oasis mewakili suara kelas pekerja dari utara, sementara Blur dianggap simbol anak-anak terdidik dari kelas menengah selatan.
Perang ini memuncak ketika kedua band merilis single di hari yang sama waktu itu Blur dengan Country House, sementara Oasis dengan Roll with It. Media menjuluki peristiwa ini sebagai “Battle of Britpop”.
Namun, Battle of Britpop” bagi banyak anak muda Inggris bukan sekadar perebutan posisi di tangga lagu, melainkan ekspresi identitas sosial.
Oasis, yang berasal dari Manchester, menyuarakan kemarahan sekaligus impian kaum pekerja pasca-Thatcher. Lagu-lagu mereka menjadi semacam pelarian dari realitas ekonomi yang stagnan.
Sebaliknya, Blur dengan akar London dan latar belakang seni, menyajikan kritik sosial yang penuh ironi terhadap kehidupan urban Inggris yang lebih mudah diterima oleh kalangan kelas menengah ke atas.
Media Inggris memanfaatkan narasi kelas ini. Oasis dimitoskan sebagai ‘rakyat’, sementara Blur sebagai ‘intelektual’. Hasilnya pendengarnya pun terbelah, penggemar Oasis merasa “jujur dan apa adanya”. Sedangkan pendukung Blur merasa lebih reflektif dan sarkastik. Polarisasi ini menciptakan semacam pertarungan simbolik antara north vs south, pub vs galeri seni, emosi vs observasi.
Baca Juga:
Damon Albarn Akui Oasis Menang Telak dalam Perang Britpop
Remaja 17 Tahun Didakwa Rencanakan Aksi Kekerasan di Konser Oasis
Menurut pendekatan Pierre Bourdieu, preferensi musik sering kali mencerminkan posisi sosial dan budaya seseorang. Maka, pemilihan band dalam konteks Britpop bisa dibaca sebagai bentuk simbolik dari class distinction. Blur dan Oasis, secara tidak langsung, menjadi medan pertarungan identitas dalam masyarakat Inggris yang masih sangat stratifikatif.
Terbaru, vokalis Blur Damon Albarn secara terbuka mengakui bahwa “rival” lamanya itu telah “memenangkan perang Britpop.”
Pengakuan itu disampaikan Damon Albarn dalam wawancara terbaru dengan The Sun menjelang konser reuni Oasis di Manchester.
Dua tahun lalu, Blur sempat mencuri perhatian dunia musik dengan comeback spektakuler mereka. Grup asal London itu menggelar dua konser besar di Wembley Stadium, tampil di berbagai festival global, dan merilis album The Ballad of Darren yang langsung merajai tangga lagu.
Namun, Albarn menilai pencapaian tersebut tak sebanding dengan skala kembalinya Oasis, yang tengah menjalani tur reuni bertajuk Live 25.
“Lucunya, dua malam kami di Wembley akan kalah jauh dibanding tujuh malam mereka,” ujar Albarn, melansir The Suns Jumat (11/7/2025).
“Ya, itu sudah jelas kan? Saya rasa kita bisa secara resmi menyatakan bahwa Oasis menang. Mereka menang dalam pertempuran, perang, kampanye, semuanya.”
Dengan nada yang tulus, Albarn mengakui keunggulan Oasis dan menyampaikan harapannya,
“Mereka adalah pemenangnya. Mereka di posisi pertama. Dengan semua bukti yang ada, saya menerima dan mengakui kekalahan ini. Ini adalah musim panas mereka, dan semoga semua orang bersenang-senang. Tapi saya akan berada di tempat yang sangat berbeda.”
(Dist)