BANDUNG, SUAR MAHASISWA AWARDS — Di era digital, aktivitas belanja online dan distribusi barang kian meningkat pesat. Dari kebutuhan sehari-hari hingga produk internasional, semuanya bergerak melalui rantai logistik yang tak pernah berhenti. Namun, di balik kemudahan ini, ada persoalan besar yang mengintai : jejak karbon dari sektor logistik. Truk pengangkut, kapal, dan pesawat kargo menyumbang emisi gas rumah kaca yang memperburuk krisis iklim dan membahayakan lingkungan sekitar.
Tidak diragukan lagi, gas yang akan dikeluarkan oleh kendaraan berbahan bakar lainnya mengandung kimia yang meninggalkan ancaman serius terhadap lingkungan. Statistic bank dunia mengenai emisis karbon dioksida per kapita Indonesia menunjukan fluktuasi emisis yang signifikan antara tahun 2010 dan 2020.
Inovasi untuk Perusahaan logistic mulai menggunakan Listrik. Langkah ini mampu menurunkan emisi sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Transformasi logistic tidak berhenti di pengiriman, Perusahaan juga menuntut pemasok dan mitra bisnis menerapkan praktik ramah lingkungan agar rantai pasok lebih bertanggung jawab.
Tantangan yang dihadapi yaitu biaya investasi awal kendaraan Listrik dan infrastruktur yang lumayan menelan biaya yang besar. Perubahan industri pun mempengaruhi Sebagian pelaku usaya yang masih berorientasi pada kecepatan dan biaya yang murah. Namun, dalam tantangan ini, bisa diatasi jika berkolaborasi dengan Perusahaan dan pemerintahan.
Logistik masa depan bukan hanya soal mengantar barang dengan cepat, tetapi juga soal menjaga keberlanjutan bumi. Setiap inovasi ramah lingkungan dalam rantai distribusi adalah langkah kecil menuju dunia yang lebih sehat.
Dengan adopsi kendaraan hijau, teknologi cerdas, dan kemasan berkelanjutan, logistik dapat menjadi pilar penting dalam menghadapi krisis iklim. Pada akhirnya, mengantarkan barang bukan berarti merusak bumi—justru bisa menjadi cara untuk menjaganya.
Penulis :
Pelia Nur Anggraeny
Universitas Informatika dan Bisnis Indonesia (UNIBI)/ Desain Komunikasi Visual