BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Siapa yang tidak mengenal selendang mayang? Dalam historisnya, selendang mayang menjadi minuman tradisional khas Betawi yang sering ditemukan di berbagai sudut Jakarta, terutama di kawasan permukiman masyarakat Betawi. Berikut ini adalah sejarah hingga makna selendang mayang.
Seiring perkembangan zaman, keberadaan selendang mayang menjadi jarang ditemui. Selendang mayang memiliki makna dan simbol kehangatan. Berikut ini, kita akan membahas asal-usul hingga simbol dari minuman khas betawi ini.
Asal-Usul Selendang Mayang
Menurut situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, selendang mayang sering dikaitkan dengan kisah rakyat Jampang Mayangsari. Mayangsari dikenal karena kecantikannya, terutama rambutnya yang hitam panjang dan ikal.
Banyak lelaki terpikat oleh pesonanya, termasuk Jampang. Selain itu, beberapa sumber menyebutkan bahwa nama selendang mayang berasal dari gambaran seorang perempuan yang mengenakan selendang dengan rambut hitam diikat dua, sehingga makanan ini disebut kue yang indah dan menawan.
Secara tampilan, selendang mayang memiliki tiga lapisan warna dalam satu loyang, yang kemudian dipotong memanjang menyerupai selendang sebelum dipotong kecil berbentuk wajik. Di beberapa daerah, masyarakat juga mengenalnya dengan sebutan “bendrong.”
Makna di Balik Nama dan Warna Selendang Mayang
Penamaan selendang mayang berasal dari perpaduan warna khas yang digunakan dalam makanan ini. Kata “selendang” menggambarkan kombinasi warna hijau, putih, dan merah yang menyerupai selendang penari, sedangkan “mayang” bermakna kenyal dan manis.
Warna-warna ini juga memiliki makna budaya yang dalam bagi masyarakat Betawi. Misalnya, warna merah melambangkan pengaruh budaya Tionghoa, kuning mencerminkan budaya Melayu, dan hijau dikaitkan dengan tradisi Arab.
Minuman ini telah populer sejak tahun 1940-an, tetapi sempat menghilang selama puluhan tahun sebelum kembali muncul pada 1990-an. Saat itu, selendang mayang mulai sering disajikan dalam acara hajatan, terutama dalam pesta pernikahan dan sebagai menu takjil saat bulan Ramadan.
Simbol Kehangatan dalam Tradisi Betawi
Selendang mayang bukan sekadar minuman pelepas dahaga, tetapi juga memiliki makna budaya yang mendalam. Menyantapnya melambangkan kehangatan dan kemeriahan dalam setiap perayaan. Selain menyegarkan, minuman ini juga dapat mengurangi rasa lapar karena dibuat dari tepung beras yang mengenyangkan.
BACA JUGA: Sejarah dan Resep Es Doger, Kuliner Tradisional Indonesia yang Masih Eksis
Sebagai bagian dari warisan budaya, selendang mayang perlu dilestarikan kembali agar tidak tergerus oleh perkembangan zaman. Sejarah hingga simbol yang melekat pada selendang mayang menjadi identitas budaya lokal agar tetap terjaga di tengah modernisasi.
(Virdiya/Usk)