BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Alfian Andhika Yudhistira, wisudawan tunanetra pertama di Universitas Airlangga yang berhasil menyelesaikan studi S2 di bidang Kebijakan Publik.
Di acara wisuda, Alfian mendapat kesempatan memberikan sambutan. Dalam sambutannya, ia mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung perjalanannya selama menempuh pendidikan. Ia merasa beruntung memiliki teman-teman yang selalu siap membantu.
“Meskipun saya mahasiswa tunanetra pertama, saya mendapatkan perlakuan yang sangat baik di UNAIR. Teman-teman sekelas saya selalu siap membantu, sehingga saya jarang membutuhkan pendamping dari luar kelas,” kat Alfian, melansir laman Unair.
Perjuangan dan Tekad Kuat Menuntut Ilmu
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Alfian tetap bertekad menyelesaikan pendidikannya. Setelah melalui perjalanan panjang, ia sukses meraih gelar magister dan menjadi anggota pertama di keluarganya yang menempuh pendidikan S2.
“Saya satu-satunya tunanetra di keluarga. Saya anak keempat, tetapi yang pertama meraih gelar S2. Ibu saya seorang ibu rumah tangga dan ayah saya bekerja sebagai tukang tambal ban. Namun, saya bangga menjadi bagian dari keluarga saya,” kata Alfian dengan penuh kebanggaan.
Dedikasi untuk Mewujudkan Indonesia Inklusif
Sebelum menempuh studi magister, Alfian merupakan mahasiswa S1 Program Studi Antropologi FISIP UNAIR. Dengan latar belakang keilmuan tersebut, ia bercita-cita memberikan kontribusi bagi Indonesia, khususnya dalam membangun kebijakan yang lebih inklusif.
“Saya bersyukur telah mendapatkan kesempatan belajar di S1 Antropologi dan S2 Kebijakan Publik. Saya berharap ilmu yang saya peroleh dapat saya manfaatkan untuk menciptakan kebijakan yang lebih inklusif bagi masyarakat,” ungkapnya.
BACA JUGA:
Universitas Brawijaya Terima 19 Mahasiswa Difabel
Bangga! Alumnus Unair Berhasil Masuk Daftar Fortune Indonesia 40 Under 40
Alfian kini aktif menyebarkan isu-isu disabilitas melalui media sosial. Ia ingin meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kelompok berkebutuhan khusus.
“Saya berusaha menyampaikan isu disabilitas dengan cara yang menyenangkan. Disabilitas bukan hambatan untuk bahagia,” tuturnya.
Menutup pidatonya, Alfian mengajak seluruh wisudawan untuk turut berkontribusi bagi negara dengan cara masing-masing.
“Kita bisa berkontribusi dengan cara yang berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama. Semoga kita semua menjadi insan yang ‘excellent with morality’ dan mampu memberikan yang terbaik bagi bangsa,” pungkasnya.
(Virdiya/Usk)