BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Tedak siten adalah upacara adat Jawa yang digelar untuk menandai saat pertama kali seorang anak menginjakkan kakinya ke tanah.
Tradisi ini mengandung nilai-nilai penting tentang penghormatan terhadap alam dan harapan orang tua bagi masa depan anaknya.
Meskipun sudah mulai jarang dijumpai, upacara ini masih dilestarikan di beberapa wilayah sebagai salah satu bentuk pemeliharaan budaya. Simak pembahasan berikut untuk mengetahui pengertian tedak siten ini.
Definisi
Tedak siten berasal dari dua kata dalam bahasa Jawa, yaitu ‘tedhak’ yang berarti menapakkan kaki, dan ‘siten’ yang berarti tanah atau bumi.
Jadi, secara harfiah artinya upacara menapakkan kaki di tanah untuk pertama kalinya. Upacara ini umumnya dilaksanakan ketika seorang anak berusia tujuh lapan menurut penanggalan Jawa.
Satu lapan dalam hitungan Jawa sama dengan 35 hari, sehingga tujuh lapan berarti 245 hari atau sekitar 8 bulan dalam penanggalan Masehi. Pada usia ini, bayi biasanya sudah mulai belajar duduk dan berjalan di tanah.
Upacara ini mencerminkan filosofi tentang bagaimana manusia seharusnya memulai kehidupannya di bumi dengan hubungan yang baik antara manusia, Tuhan, serta lingkungan sekitarnya.
Ini menjadi momen penting dalam perkembangan anak, tetapi juga menjadi simbol dari harapan dan doa orang tua untuk masa depan sang anak.
Tujuan
Upacara ini memiliki berbagai tujuan yang meliputi aspek spiritual, sosial, dan budaya. Berikut ini adalah beberapa tujuan pelaksanaan upacara ini:
- Tedak siten merupakan wujud penghormatan kepada tanah dan alam yang menjadi tempat bagi manusia untuk hidup
- Melalui upacara ini, orang tua menyampaikan rasa syukur karena anak telah mencapai tahap perkembangan yang penting, yaitu mulai mengenal dunia sekitar dengan berjalan di tanah.
- Setiap prosesi ada sarat dengan doa dan harapan agar anak tumbuh menjadi pribadi yang sukses, mandiri, dan bermanfaat bagi keluarga serta masyarakat luas.
- Upacara ini juga merupakan simbol kesiapan anak untuk memulai fase baru dalam hidupnya, di mana ia mulai berinteraksi dengan dunia luar.
Tahapan Prosesidan Maknanya
Setiap tahapan dalam upacara ini memiliki arti dan pesan yang mendalam. Berikut ini adalah urutan prosesinya beserta makna yang terkandung di dalamnya:
1. Mencuci Kaki Anak
Tahapan pertama adalah membersihkan kaki si anak. Orang tua akan menggendong anak dan mencuci kakinya hingga bersih sebelum anak menapakkan kakinya di tanah.
2. Berjalan di Atas Tujuh Warna Jadah
Anak kemudian dibimbing berjalan di atas tujuh jadah (makanan dari beras ketan) yang berwarna-warni, yaitu merah, putih, kuning, hijau, biru, merah muda, dan ungu.
Angka tujuh dalam bahasa Jawa disebut ‘pitu’, yang merupakan singkatan dari ‘pitulungan’ atau pertolongan. Hal ini mencerminkan harapan agar anak selalu mendapat pertolongan dan bimbingan dalam menghadapi setiap tantangan hidup.
- Merah: Simbol keberanian.
- Putih: Menandakan kesucian dan ketulusan hati.
- Kuning: Kekuatan lahir dan batin.
- Hijau: Kesuburan dan hubungan harmonis dengan lingkungan.
- Biru: Ketenangan jiwa.
- Merah muda: Cinta kasih kepada sesama.
- Ungu: Kesempurnaan dan kematangan diri.
3. Naik Tangga
Tahap berikutnya adalah menuntun anak menaiki tujuh tangga yang terbuat dari batang tebu wulung (tebu berwarna ungu).
4. Masuk ke Dalam Kurungan
Setelah menaiki tangga, anak akan dimasukkan ke dalam kurungan ayam yang di dalamnya terdapat berbagai benda seperti mainan, buku, perhiasan, dan sebagainya. Anak akan memilih salah satu benda yang ada di dalam kurungan tersebut.
5. Memandikan Anak
Selanjutnya, anak akan dimandikan dengan air yang telah diberi bunga dan diembunkan semalaman. Prosesi ini sebagai bentuk penyucian diri.
BACA JUGA: Munjungan, Tradisi Penghormatan kepada Leluhur di Indramayu
6. Menyebar Udhik-udhik
Tahapan terakhir adalah menyebar udhik-udhik, yaitu uang logam yang dicampur dengan beragam bunga yang disebarkan di antara para tamu yang hadir.
(Kaje/Budis)