Mengenal Pupuh Pucung: Jenis Tembang Sunda dengan Nilai Moral Tinggi

Penulis: hafidah

Pupuh Pucung
(AI)
[galeri_foto] [youtube_embed]

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Pupuh Pucung, lagu dalam bahasa Sunda yang terikat oleh banyak suku kata dalam satu bait, jumlah larik, dan permainan lagu, memiliki kekayaan nilai-nilai moral yang sangat tinggi.

Syair yang ada bukan hanya sekadar rangkaian kata-kata tanpa isi, melainkan mengandung nilai-nilai filosofi yang sangat dalam.

Salah satu jenis pupuh adalah pupuh pucung. Pupuh pucung biasanya terdiri dari empat larik atau baris.

Istilah pupuh merujuk pada tembang yang memiliki pola kalimat baku atau sebagai lagu yang memiliki aturan tertentu. Pada baris-baris liriknya, lagu Sunda ini memiliki jumlah 17 patokan sesuai dengan jumlah jenis pupuh yang ada di Jawa Barat.

Mengutip dari buku Pendidikan Musik: Permasalahan dan Pembelajarannya, J. Julia (2017:67), aturan dalam lagu pupuh meliputi aturan dalam jumlah baris, jumlah suku kata dalam setiap baris, huruf vokal dalam suku kata terakhir dalam setiap baris, dan watak setiap pupuh.

Pupuh pucung, sebagai salah satu jenis pupuh dalam bahasa Sunda, biasanya menggambarkan nasihat, pepatah, atau sesuatu yang layak untuk diberitahukan kepada masyarakat. Karakteristik pupuh pucung dapat dilihat dari guru lagu dan guru wilangannya yang terdiri dari 12-u, 6-a, 8-e/o, 12-a.

Berikut beberapa contoh pupuh pucung dalam bahasa Sunda:

Contoh 1

Utamana jama kudu rea batur,
keur silih tulungan, silih titipkeun nya diri,
budi akal lantaran ti pada jalma.

Artinya dalam bahasa Indonesia

Apalagi saat harus bersama orang lain,
untuk saling membantu, saling percaya,
alasan karena orang.

Contoh 2

Bapa pucung ka putrana lajeng nyaur,
Putra ngadeuheusan, Ramana lenggah ngagedeng,
Sang bupatya ngadawuh hibat kaputra.

Artinya dalam bahasa Indonesia

Sang ayah memandang putranya lalu memanggil,
Putranya menurut, Ayahnya duduk,
Bupati mengucapkan hibat kaputra.

Contoh 3

Maneh kudu ngajaga sabatur-batur,
tungguan di jalan, di gunung di Malabari,
nyieun garduh nyieun tangsi leuleutikan.

Artinya dalam bahasa Indonesia

Kalian harus menjaga,
menunggu di jalan, di Gunung Malabari,
Membuat gardu membuat tangsi kecil.

BACA JUGA : 17 Jenis-Jenis Pupuh Sunda yang Memikat Mulai dari Seukar Ageung Hingga Seukar Alit

Contoh 4

Maneh tunggu bisi aya nu lumaku,
ngakukeun ti Arab, atawa ti sejen nagri,
poma-poma ku maneh kudu paehan.

Artinya dalam bahasa Indonesia

Kamu (harus) menjaga jangan sampai ada yang lewat,
mengaku dari Arab, atau dari negri lain,
harus dibunuh.

Beberapa contoh pupuh pucung dalam bahasa Sunda di atas, sering dinyanyikan dan dipelajari di sekolah. Semoga penjelasan yang disampaikan bermanfaat.

 

(Hafida Rismayanti/Usk)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Farhan Bakal Lanjutkan Program Buruan Sae dan Kang Pisman
Farhan: Konflik Perumda Pasar Harus Diselesaikan Secara Bisnis, Bukan Politik
mmm
Rayakan Ulang Tahun Mewah di favehotel Hyper Square Bandung, Mulai Rp150.000/Pax!
IMG_3585-1
Suasana Asri di Pesawahan Kaki Gunung Malabar.
2025) dini h
Iktikaf di Masjid Istiqlal
2025) dini h
Sepuluh hari terakhir Ramadhan Lailatul Qadar
Berita Lainnya

1

Aliansi Pedagang Desak Revitalisasi Pasar di Bandung: Pasar Kumuh Harus Segera Dibenahi

2

Polres Garut Tangkap Oknum Guru Ngaji, Diduga Cabuli 10 Anak di Cikajang

3

LPA Jabar Soroti Kebijakan Anak Sekolah Masuk jam 6 Pagi

4

Gunung Tangkuban Parahu Mengalami Peningkatan Aktivitas Gempa Vulkanik

5

Jam Malam di Bandung Berlaku Hari Ini, Satpol PP dan Dishub Diterjunkan!
Headline
gunung tangkuban perahu
Aktivitas Gempa Gunung Tangkuban Perahu Meningkat, Masyarakat Diminta Jangan Panik
Satgas Antipremanisme, Farhan: Cicendo Termasuk Wilayah Beling
Soal Covid-19, Wali Kota Bandung: Sejauh Ini Terkendali
Korupsi Chromebook
Kejagung Periksa 28 Saksi Kasus Korupsi Laptop Chromebook, Penyidikan Berlanjut
harga beras naik
Harga Beras Naik Meski Stok Melimpah, Mentan Akui Ada Permainan

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.