BANDUNG,TEROPONGMEDIA.ID — Bruxism ialah kondisi dimana seseorang menggesek atau mengatupkan gigi secara tidak sadar, atau banyak juga yang mengenalnya dengan kondisi menggeretakkan gigi.
Walaupun bruxism terbilang masalah kesehatan yang cukup ringan, tapi kondisi ini bisa menjadi penyebab masalah kesehatan yang lebih serius, jika sering terjadi.
Bruxim dapat terjadi baik saat kondisi terjaga (diurnal bruxims) maupun saat tidur (nocturnal bruxism).
Masalah kesehatan yang mungkin muncul karena kondisi ini yaitu sendi rahang, sakit kepala, hingga kerusakan gigi.
Siapa yang Bisa Mengalami Bruxism?
Bruxism dapat dialami oleh siapa saja, baik anak-anak maupun dewasa. Anak-anak lebih sering mengalami bruxism saat tidur, dengan prevalensi antara 15% hingga 40%, sedangkan pada orang dewasa, prevalensinya berkisar antara 8% hingga 10%. Bruxism saat terjaga terjadi pada sekitar 22,1% hingga 31% populasi.
Penyebab Bruxism
Berdasarkan penyebabnya, bruxism terbagi menjadi dua jenis, yaitu primary bruxism dan secondary bruxism.
Primary bruxism adalah bruxism yang tidak berkaitan dengan kondisi medis lain dan penyebabnya belum diketahui secara pasti.
Sementara itu, secondary bruxism berhubungan dengan masalah kesehatan tertentu, seperti gangguan sistem saraf.
Faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya bruxism meliputi stres, usia (lebih umum pada anak-anak), penggunaan obat-obatan tertentu seperti antidepresan, gaya hidup tidak sehat (merokok, konsumsi kafein atau alkohol berlebihan), penyalahgunaan narkotika, serta riwayat keluarga dengan kondisi serupa.
Kondisi medis tertentu seperti Parkinson, demensia, GERD, epilepsi, gangguan tidur (sleep apnea), dan ADHD juga dapat menjadi penyebab secondary bruxism.
Gejala Bruxism
Gejala utama terjadinya burxism yaitu kebiasaan menggeretakkan gigi secara tidak sadar, terutama saat tidur. Adapun gejala lainnya ialah sebagai berikut.
- Gigi menjadi rata, patah, atau terlepas.
- Enamel gigi terkikis sehingga memperlihatkan lapisan gigi yang lebih dalam.
- Gigi sensitif.
- Sendi rahang terkunci yang membuat sulit membuka atau menutup rahang.
- Nyeri atau pegal pada otot rahang, leher, dan wajah.
- Nyeri di area telinga.
- Sakit kepala.
- Nyeri saat mengunyah.
Diagnosis Bruxism
Untuk mendiagnosis bruxism, dokter akan melakukan wawancara medis untuk mengetahui keluhan dan riwayat kesehatan pasien. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk mengevaluasi kondisi rongga mulut dan rahang.
Beberapa pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan meliputi rontgen gigi dan rahang serta studi tidur (polysomnography) untuk mendeteksi sleep bruxism dan gangguan tidur terkait.
Menurut International Classification of Sleep Disorders, Third Edition (ICSD-3), kriteria diagnosis untuk sleep bruxism meliputi aktivitas otot rahang berulang yang ditandai dengan menggeretakkan atau mengatupkan gigi saat tidur.
Diagnosis lainnya yaitu adanya satu atau lebih tanda atau gejala klinis seperti keausan gigi yang tidak normal, nyeri atau kelelahan otot rahang di pagi hari, dan sakit kepala sementara.
BACA JUGA: Ternyata Makanan Ini Bisa Sembuhkan Sakit Kepala
Agar burxism tidak menjadi penyebab kondisi penyakit yang lebih serius lainnya, penting untuk memahami dan mengenali lebih awal terkait gejala yang mungkin terjadi.
(Virdiya/Budis)