Mengenal Obsessive-Compulsive Disorder (OCD): Definisi, Gejala, dan Penyebabnya

Obsessive-Compulsive Disorder
Ilustrasi. (Pixabay)

Bagikan

BANDUNG,TEROPONGMEDIA.ID — Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) adalah gangguan mental yang sering kali disalahpahami oleh masyarakat.

Kondisi ini ditandai oleh adanya pikiran obsesif dan perilaku kompulsif yang berulang, yang dapat mengganggu kehidupan sehari-hari penderitanya.

Apa Itu Obsessive-Compulsive Disorder?

OCD adalah gangguan mental yang menyebabkan seseorang mengalami obsesi—pikiran, gambar, atau dorongan yang tidak diinginkan dan mengganggu, yang menimbulkan kecemasan.

Untuk mengatasi kecemasan ini, penderita OCD merasa terdorong untuk melakukan tindakan berulang atau ritual yang disebut kompulsi, meskipun tindakan tersebut sering kali tidak rasional dan hanya memberikan perasaan lega sementara.

Gejala OCD

  1. Obsesi: Pikiran yang tidak diinginkan dan berulang yang memicu kecemasan. Contoh obsesi umum meliputi:
    • Ketakutan berlebihan terhadap kuman atau kontaminasi.
    • Kekhawatiran tentang simetri atau ketertiban.
    • Pikiran agresif yang tidak diinginkan terhadap diri sendiri atau orang lain.
    • Ketakutan membuat kesalahan besar atau keputusan yang salah.
  2. Kompulsi: Tindakan berulang yang dilakukan untuk mengurangi kecemasan dari obsesi. Contoh kompulsi umum meliputi:
    • Mencuci tangan berulang kali.
    • Memeriksa pintu, kompor, atau lampu secara terus-menerus.
    • Mengatur barang-barang dengan cara yang sangat spesifik.
    • Menghitung atau mengulang tindakan tertentu.

Penyebab OCD

Meski penyebab pasti OCD belum sepenuhnya diketahui, beberapa faktor yang diyakini berperan dalam perkembangan gangguan ini meliputi:

  1. Faktor Genetik: Orang yang memiliki anggota keluarga dengan OCD cenderung lebih rentan mengalami gangguan ini, menunjukkan adanya komponen genetik dalam perkembangannya.
  2. Perubahan di Otak: Studi pencitraan otak mengungkapkan bahwa beberapa area otak bekerja berbeda pada orang dengan OCD. Gangguan pada sistem serotonin, neurotransmiter yang mengatur suasana hati dan perilaku, diyakini berperan penting.
  3. Lingkungan: Pengalaman traumatis, stres berat, atau penyakit fisik dapat memicu gejala OCD, terutama pada individu yang sudah rentan. Infeksi streptokokus pada anak-anak, misalnya, dapat memicu sindrom yang disebut PANDAS, yang memunculkan gejala OCD.

Jika Anda atau orang terdekat menunjukkan tanda-tanda OCD, penting untuk segera mencari bantuan dari tenaga medis ahli.

(Virdiya/Budis)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
Tyronne del Pino Singgung Soal Dampak Menurunnya Kondisi Fisik
Tyronne del Pino Singgung Soal Dampak Menurunnya Kondisi Fisik Terhadap Performa Permainan Persib
Tiket reguler premium Solo Safari
Cari Tahu Perbedaan Tiket Reguler dan Premium Solo Safari!
Rak Menjaga Buku
Inilah Alasan Kenapa Kamu Harus Punya Rak Buku!
Risiko suntik testosteron
Apakah Suntik Testosteron Memiliki Risiko Tinggi?
Liburan Akhir Tahun
Dave Hendrik Liburan Akhir Tahun di Korea Selatan
Berita Lainnya

1

Anggota Komisi 2 DPRD Jabar Imbau Masyarakat Aware Terhadap Konsumsi Makanan dengan Kadar Gula Tinggi

2

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

3

Aktivitas Kawah Sileri Gunung Dieng Meningkat, Masyarakat dan Wisatawan Tidak Masuki Wilayah Radius 500 Meter

4

Gunung Mas Group (GMG) dan LKP Bina Ilmu Gelar Pelatihan Operator Dump Truck ke-2 yang Didukung Disnakertrans Malut

5

Hampir Mirip, Ini Perbedaan Gejala Herpes dan Gigitan Tomcat
Headline
Gempa Guncang Nanggroe Aceh Darussalam
Gempa Magnitudo 4,3 Guncang Nanggroe Aceh Darussalam
Persib Masih Menjadi Tim Yang Belum Terkalahkan di Liga 1
Persib Masih Menjadi Tim Yang Belum Terkalahkan di Liga 1, Bojan Hodak: Ini Sepakbola Yang Berbeda
Prakiraan Cuaca Sejumlah Kota di Indonesia
Prakiraan Cuaca Sejumlah Kota di Indonesia 26 Desember 2024
Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke-20
Indonesia Juara Umum Kejuaraan Dunia Pencak Silat di Abu Dhabi

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.