Mengenal Autofagi, Detoks Alami Tubuh Saat Puasa

autofagi saat puasa
(freepik)

Bagikan

BANDUNG, TEROPONGMEDIA.ID — Autofagi adalah proses biologis yang memungkinkan sel tubuh untuk membersihkan diri dari komponen yang sudah tidak berfungsi atau rusak. Proses ini merupakan bagian dari mekanisme pertahanan tubuh untuk menjaga keseimbangan seluler dan memperbaiki jaringan tubuh yang mengalami kerusakan.

Secara harfiah, istilah “autophagy” berasal dari bahasa Yunani, yakni “auto” yang berarti diri sendiri, dan “phagy” yang berarti makan. Dengan kata lain, proses ini memungkinkan sel untuk “memakan” atau mendaur ulang bagian-bagian sel yang sudah tidak diperlukan. Ini adalah cara tubuh untuk bertahan hidup dalam kondisi minim nutrisi dan sebagai bentuk peremajaan sel.

Bagaimana Autofagi Terjadi dalam Tubuh?

Proses autofagi melibatkan serangkaian mekanisme biologis yang memungkinkan sel mengenali dan menghancurkan bagian yang sudah tidak berfungsi dengan baik. Berikut adalah tahapan utama yang terjadi dalam mekanisme ini:

  1. Inisiasi: Sel mendeteksi adanya molekul atau bagian sel yang perlu dihancurkan.
  2. Pembentukan Autofagosom: Sel membungkus bagian yang akan dihancurkan dengan membran ganda.
  3. Fusi dengan Lisosom: Autofagosom bertemu dengan lisosom yang mengandung enzim pencerna.
  4. Daur Ulang: Komponen yang sudah dicerna akan dimanfaatkan kembali oleh sel untuk membentuk struktur baru.

Proses ini terjadi secara alami dalam tubuh, tetapi dapat dipercepat oleh berbagai faktor, salah satunya adalah puasa.

Hubungan Puasa dan Autofagi

Puasa telah terbukti menjadi salah satu cara paling efektif untuk merangsang autofagi. Ketika tubuh tidak menerima asupan makanan selama beberapa jam, sel mulai mencari sumber energi alternatif dengan mendaur ulang bagian yang sudah tidak berfungsi.

Berikut adalah tahapan bagaimana puasa dapat memicu autofagi:

  • Kurangnya Asupan Kalori: Saat tidak ada makanan yang masuk, tubuh mulai menggunakan cadangan energi.
  • Peningkatan Stres Seluler: Sel mengalami tekanan akibat kekurangan nutrisi, sehingga memicu mekanisme bertahan hidup.
  • Pembersihan Seluler: Autofagi meningkat untuk menghancurkan sel yang sudah rusak dan mendaur ulang komponennya.
  • Regenerasi Sel Baru: Setelah proses pembersihan, tubuh memproduksi sel-sel baru yang lebih sehat.

Manfaat Autofagi Saat Berpuasa

1. Mencegah Penuaan Dini dan Memperpanjang Umur

Proses autofagi membantu meregenerasi sel dengan menghilangkan komponen yang tidak berfungsi dengan baik. Ini berperan penting dalam memperlambat proses penuaan dini, meningkatkan kesehatan sel, serta memperpanjang umur.

2. Menjaga Fungsi Tubuh dalam Kondisi Minim Energi

Saat tubuh mengalami defisit kalori akibat puasa, autofagi membantu mempertahankan fungsi tubuh dengan mendaur ulang molekul yang masih berguna. Hal ini memungkinkan tubuh tetap berfungsi dengan baik meskipun tidak ada asupan makanan dalam jangka waktu tertentu.

3. Mengurangi Risiko Penyakit Kanker

Sel kanker biasanya berkembang dari sel yang mengalami mutasi atau rusak. Mekanisme autofagi membantu menghilangkan sel yang berpotensi menjadi kanker, sehingga dapat mengurangi risiko pertumbuhan kanker dalam tubuh.

4. Meningkatkan Kesehatan Hati

Sebuah studi dalam jurnal Food and Chemical Toxicology (2020) menyebutkan bahwa autofagi dapat melindungi hati dari kerusakan akibat konsumsi alkohol atau obat-obatan dalam jangka panjang. Autofagi juga dapat membantu mencegah penyakit hati seperti gagal hati akut dan perlemakan hati non-alkohol.

5. Mendukung Kesehatan Otak dan Saraf

Proses autofagi berperan dalam membuang protein beracun yang menumpuk di otak, yang dapat menjadi penyebab penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson. Dengan demikian, autofagi memiliki potensi besar dalam menjaga kesehatan otak.

BACA JUGA:

Cara Menunda Haid Saat Puasa Ramadhan, Dijamin Efektif!

Kapan Waktu Terbaik Minum Kopi Saat Puasa?

Hingga saat ini, belum ada penelitian pasti yang menentukan berapa lama puasa yang dibutuhkan untuk memicu autofagi secara maksimal. Namun, beberapa penelitian menyebutkan bahwa proses ini mulai terjadi setelah tubuh berpuasa selama 12–16 jam, dan semakin meningkat saat puasa berlangsung lebih lama, seperti dalam puasa intermiten atau puasa 24 jam.

Namun, penting untuk diingat bahwa reaksi tubuh terhadap puasa dapat bervariasi tergantung pada usia, kondisi kesehatan, dan pola makan seseorang. Oleh karena itu, konsultasikan dengan dokter sebelum mencoba puasa jangka panjang.

 

(Kaje/Aak)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
UU Hak Cipta
Hakim MK Sentil Musisi Top yang Gugat UU Hak Cipta "Jangan Cuma Jago Nyanyi!"
Honor of Kings Destiny: Animasi Kedua HOK Hadirkan Hero Favorit Penggemar
Gokil! Startup Ini Adakan Lomba Balap Sperma Perdana di Dunia
Gokil! Startup Ini Adakan Lomba Balap Sperma Perdana di Dunia
Euis Ida Wartiah
Euis Ida Wartiah Tinjau Kinerja P3D Karawang, Targetkan Pendapatan 2025 Lebih Optimal
rahmat hasto
Jaksa Dibuat Bingung oleh Saksi Rahmat pada Persidangan Kasus Hasto
Berita Lainnya

1

Bupati Cirebon Luncurkan Program 'DAKOCAN'

2

Daftar Pajak Isuzu Panther, Semua Tipe Lengkap!

3

Daftar Pajak Kijang Diesel, Semua Tipe Lengkap!

4

Gedung BPJS Kesehatan Cempaka Putih Jakarta Pusat Kebakaran, 19 Unit Mobil Pemadam Dikerahkan

5

UKRI Lakukan Kunjungan ke Teropong Media, Bahas Evaluasi Magang dan Peluang Kolaborasi
Headline
Aleix Espargaro
Kembali ke Lintasan MotoGP Sebagai Wildcard Honda, Aleix Espargaro Mengaku Gugup
Gempa Bumi Guncang Cilacap Jateng
Gempa Bumi M 3,4 Guncang Cilacap Jateng
Prakiraan Cuaca Sejumlah Kota di Indonesia 18 April 2025
Prakiraan Cuaca Sejumlah Kota di Indonesia 25 April 2025
Inter
Kondisi Inter Memburuk, Jalan Barcelona Menuju Final Kian Terbuka

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.