Menelusuri Jejak Ratu Ayu Pakungwati, Cikal Bakal Perkembangan Kesultanan Cirebon

Penulis: Aak

masjid agung keraton kasepuhan cirebon
Masjid Agung Keraton Kasepuhan Cirebon (Foto: keraton-kasepuhan.com)
[galeri_foto] [youtube_embed]

Bagikan

CIREBON, TEROPONGMEDIA.ID — Berdasarkan catatan sejarah, pada abad ke-15 (sekitar 1430 M), Pangeran Cakrabuwana, putra mahkota Kerajaan Pajajaran, mendirikan sebuah keraton yang kemudian dihibahkan kepada putrinya, Ratu Ayu Pakungwati. Keraton inilah yang kemudian dikenal sebagai Dalem Agung Pakungwati, menjadi cikal bakal perkembangan Kesultanan Cirebon.

Mengutip laman Keraton Kasepuhan, sebagai salah satu kota tertua di pesisir utara pulau Jawa, Cirebon menyimpan warisan sejarah yang tak ternilai dari masa kejayaan kerajaan Islam. Bukti kejayaan itu masih terpelihara dengan baik dalam bentuk bangunan-bangunan bersejarah, salah satunya Rumah Adat Kasepuhan yang menjadi saksi bisu perjalanan panjang kota ini.

Memasuki abad ke-16, tepatnya tahun 1529 M (1451 Saka), Pangeran Emas Muhammad Arifin, cicit Sunan Gunung Jati, mendirikan keraton baru di sebelah barat daya Dalem Agung Pakungwati. Sang pangeran kemudian bergelar Panembahan Pakungwati I, melanjutkan estafet kepemimpinan di wilayah ini.

Tragedi kebakaran Masjid Agung Sang Cipta Rasa pada 1549 M menjadi momen penting dalam sejarah Cirebon. Ratu Ayu Pakungwati yang saat itu sudah sepuh turun tangan memadamkan api, namun akhirnya meninggal dunia. Peristiwa ini mengabadikan nama Pakungwati dalam ingatan kolektif masyarakat Cirebon.

Keunikan arsitektur Keraton Kasepuhan juga mengandung filosofi mendalam. Bangunan yang membujur dari utara ke selatan ini menghadap ke utara, mengikuti pola keraton-keraton Jawa lainnya. Ini bukan sekadar orientasi bangunan, melainkan simbol pengharapan sang raja akan kekuatan spiritual.

Hingga kini, warisan sejarah tersebut tetap terpelihara dengan baik, menjadi daya tarik wisata budaya sekaligus bukti nyata peran penting Cirebon dalam penyebaran Islam di tanah Jawa. Pemerintah setempat terus berupaya melestarikan bangunan-bangunan bersejarah ini sebagai bagian dari identitas kota yang tak ternilai harganya.

BACA JUGA

Sunan Gunung Jati: Waliyullah Penyebar Islam dari Cirebon yang Mengubah Jawa Barat

Cirebon, Kota Wali dan Jejak Spiritual Sunan Gunung Jati

Arsitektur Masjid Agung Sang Cipta Rasa

Sekelompok peneliti Universitas Islam Indonesia (UII) menyimpulkan bahwa Masjid Agung Sang Cipta Rasa merupakan simbol multifungsi kehidupan masyarakat Cirebon. Sebagai landmark religi di Cirebon, Masjid Agung Sang Cipta Rasa ternyata menyimpan peran yang jauh lebih kompleks daripada sekadar tempat ibadah.

Penelitian terbaru mengungkapkan bagaimana masjid bersejarah ini berfungsi sebagai pusat aktivitas multikultural yang mengakar kuat dalam tradisi lokal. Tidak hanya menjadi tempat shalat lima waktu, masjid yang menjadi saksi bisu perkembangan Islam di Jawa Barat ini juga berperan sebagai:

  • Ruang interaksi sosial warga
  • Wahana pelestarian budaya lokal
  • Pusat kegiatan kemasyarakatan

Berdasarkan observasi lapangan, tercatat lebih dari 15 jenis kegiatan non-ritual yang rutin dilaksanakan di kompleks masjid, mulai dari pengajian anak-anak hingga festival budaya tahunan. Hal ini menunjukkan bagaimana bangunan religi klasik mampu beradaptasi dengan kebutuhan masyarakat modern tanpa kehilangan nilai-nilai tradisinya.

Kajian arsitektural juga mengungkap bahwa desain ruang dalam masjid sengaja dibuat multifungsi, memungkinkan transformasi cepat dari area ibadah menjadi ruang pertemuan atau kegiatan budaya. Ini membuktikan kearifan lokal para pendiri masjid yang sudah memikirkan aspek fleksibilitas sejak abad ke-15.

Temuan ini sekaligus menantang paradigma konvensional yang selama ini memandang masjid kuno hanya sebagai bangunan sakral semata. Masjid Agung Sang Cipta Rasa justru menunjukkan bagaimana bangunan religi dapat menjadi simpul kehidupan masyarakat yang dinamis.

(Aak)

Baca berita lainnya di Google News dan Whatsapp Channel
Berita Terkait
Berita Terkini
xf23mmf28_productpage_0001-1
Fujinon XF 23mm F2.8 R WR Resmi Diperkenalkan, Lensa Pancake Ringan Harga Rp8 Jutaan
Polres Tasikmalaya Panen Raya Jagung Capai 15 Ton
Lahan Tidur di Bantul Berbuah Sembilan Ton Jagung per Hektare
Wali Kota Cimahi Ngatiyana - Dok Pemkot Cimahi
Pemerintah Kota Cimahi Memasuki Tahap Akhir Verifikasi Kota Layak Anak (KLA)
14ab2ae0-e186-11e9-afe6-a5aff6af6d28
Kamaru Usman Kembali ke Kelas Welter, Hadapi Joaquin Buckley di UFC Fight Night 15 Juni 2025
Konferensi Resilience 2025 - Dok Pertamina Foundation
Kolaborasi Global di RESILIENCE 2025: Alam Jadi Kunci Ketahanan Iklim
Berita Lainnya

1

Peringati Hari Lingkungan Hidup, PLN Dorong Kesadaran Kolektif Masyarakat dengan Gelar Aksi Bersih dan Salurkan Drop Box

2

Program CSR PT Satria Piranti Perkasa Berikan Dukungan untuk Panti Asuhan di Karawang

3

Pengaruh Media Sosial dalam Kehidupan Sinden

4

Ketika Warna Memiliki Rasa dan Suara Memiliki Rupa: Eksplorasi Kognitif Persepsi Sinestesia

5

Minim Penerangan dan Picu Kriminalitas, Legislator Dorong Penambahan Lampu dan CCTV di Arcamanik
Headline
Pergerakan Tanah Purwakarta
Pergerakan Tanah Purwakarta Ancam Tol Cipularang
Terancam Gagal Panen, Sawah Petani di Cianjur Diserang Wereng
Terancam Gagal Panen, Sawah Petani di Cianjur Diserang Wereng
anak terlantar di pasar kebayoran lama-1
Bocah Ditelantarkan di Kebayoran Lama Hari ini Jalani Operasi Tulang
Indonesia vs Iran
Link Live Streaming Timnas Indonesia vs Iran AVC Women’s Nations Cup 2025 Selain Yalla Shoot

Dapatkan fitur lebih lengkap di aplikasi Teropong Media.